Angkat Perbedaan Sudut Pandang Islam, Bid’ah Cinta Dituding Film Aliran Sesat

Wakil Gubernur Jatim, H Syaifullah Yusuf, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel, Surabaya (kanan), dan Arif Affandi (kiri) foto bareng pendukung film Bid’ah Cinta dalam acara Movie Talk Show di kampus UINSA, Selasa (14/3).

iniSURABAYA – Perbedaan pandangan belakangan cenderung memicu konflik berkepanjangan di tengah masyarakat. Fenomena inilah yang coba diangkat lewat film Bid’ah Cinta yang tayang serentak mulai Kamis (16/3).

Perbedaan pandangan memang tak hanya terjadi pada mereka yang berbeda keyakinan. Bahkan mereka yang punya keyakinan agama sama, yaitu Islam pun bisa berbeda sudut pandang dan berujung konflik.

Isu sensitif di Tanah Air ini ternyata sudah jadi bahan diskusi antara Nurman Hakim dan Ben Shohib sejak tahun 2013. Fenomena itulah yang kemudian mereka angkat jadi sebuah cerita dalam film Bid’ah Cinta.

“Jauh sebelum hingar bingar politik belakangan ini, kami sudah melihat gejala-gejalanya. Isu perbedaan tentang (cara pandang) Islam bisa menimbulkan konflik di tengah masyarakat,” tegas Nurman Hakim sutradara film Bid’ah Cinta saat hadir di acara Movie Talk Show yang diselenggarakan di Sport Centre Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel, Surabaya, Selasa (14/3).

Ditekankan Nurman, kondisi seperti itu diyakini terus terjadi di tengah masyarakat, bila tidak ada sikap toleransi dari masing-masing pihak.

Tema diskusi dua sahabat ini kemudian dituangkan dalam bentuk skenario pada tahun 2015.

“Kami membidik dua kelompok Islam dalam masyarakat, yaitu mereka yang puritan dan tradisional. Lewat film ini kami harap keduanya bisa duduk berdampingan meski berbeda sudut pandang,” imbuh Ben Shohib, penulis skenario Bid’ah Cinta.

Ketika menggarap film bertema sensitif ini bukannya tanpa risiko. Begitu thriller film Bid’ah Cinta beredar di masyarakat, baik Nurman maupun Ben Shohib mengaku dapat tekanan dari banyak pihak.

“Ada yang menuding kami bikin film aliran sesat. Tapi, kami bisa meluruhkan semua tekanan itu. Intinya adalah kami tak bisa seragamkan semua yang ada di kepala manusia,” tutur Ben yang sudah merilis sejumlah karya novel dan cerita pendek.

Hadirnya film yang memasang Ayushita, Yoga Pratama, dan Dimas Aditya menjadi momen tepat untuk perlawanan atas pandangan yang ekstrim dan radikal. “Kami mencoba memberikan yang terbaik buat masyarakat kita,” harap Ben maupun Nurman Hakim.

Ayushita yang juga hadir di acara itu menuturkan dirinya dan seluruh pemeran film Bid’ah Cinta sangat berhati-hati dalam mengekspresikan dialog yang sudah disajikan lewat skenario.

“Kami menghindari nada intonasi yang salah. Ini hal sepele, tapi bisa membuat orang punya persepsi negatif ketika kami melontarkan kalimat dengan nada yang salah,” tegas pemeran tokoh Khalida ini.

Acara Movie Talk Show itu makin seru ketika Wakil Gubernur Jatim, H Syaifullah Yusuf sempat hadir dan berbaur bersama para pendukung film Bid’ah Cinta.

Pria yang akrab disapa Gus Ipul ini berharap Bid’ah Cinta bisa menambah warna perfilman Indonesia, khususnya dalam membidik isu-isu yang sedang berkembang di masyarakat.

“Perbedaan itu indah, apalagi bila bisa disatukan lewat cinta,” begitu ucap Gus Ipul. –sum

Pos terkait