
Amelia Salim (tiga dari kiri), salah satu pendukung film Perfect Dream foto bareng sosialita Surabaya sebelum nonton bareng di CGV Marvel City Surabaya, Kamis (30/3).

Amelia Salim (tiga dari kiri), salah satu pendukung film Perfect Dream foto bareng sosialita Surabaya sebelum nonton bareng di CGV Marvel City Surabaya, Kamis (30/3).
iniSURABAYA – Promo film Perfect Dream terus berlanjut. Setelah pesta di Ciputra World Surabaya, Sabtu (25/3) para sosialita kembali menarik perhatian massa.
Kali ini limo Hummer sepanjang 9 meter warna hitam yang membawa Ferry Salim dan Wulan Guritno itu merapat di area Midtown Hotel di Marvell City Surabaya, Kamis (30/3) petang.
Selain Ferry Salim dan Wulan Guritno ada pula wajah yang sudah tak asing, yaitu Amelia Salim dan Uci Flowdea.
Para artis dan sosialita ini kemudian menemui pengunjung Marvell City Surabaya di area pintu masuk sisi timur. Mereka melangkah di atas karpet merah sepanjang 50 meter diiringi aplaus pengunjung pusat perbelanjaan tersebut.
“Ini film yang total digarap di Surabaya, jadi sebagai warga Surabaya wajib tonton,” begitu ajak Amelia Salim.
Para pendukung film Perfect Dream mengaku senang film yang mengangkat kehidupan mafia di Surabaya itu akhirnya tayang setelah sempat molor dari waktu semula yang dijadwalkan bulan Januari 2017.

Para pengunjung Marvell City Surabaya beruntung bisa foto bareng aktor Ferry Salim sekaligus mejeng di Limo Hummer yang diparkir di teras Midtown Hotel sebelum nonton bareng di CGV Marvel City Surabaya, Kamis (30/3).
Kebanggaan yang dirasakan oleh seluruh kru adalah film itu tayang persis di Hari Film Nasional yang jatuh pada tanggal 30 Maret. Suasana nonton bareng film Perfect Dream kian meriah dengan hadirnya anggota komunitas film Surabaya di CGV Marcell City Mall Surabaya.
“Saat ini memang sudah makin banyak gedung bioskop, tapi masih kurang. Sebab penyebarannya tidak merata,” ungkap Hestu Saputra, sutradara Perfect Dream.
Tumbuhnya gedung bioskop itu diyakini Hestu Saputra sebagai bentuk meningkatnya kepercayaan masyarakat pada film nasional.
“Cuma memang seleranya masih monoton. Yang disukai masyarakat masih jenis film yang itu-itu saja, belum bervariasi,” katanya.
Soal selera masyarakat penikmat film ini, Wulan tak menepis perlunya edukasi pada masyarakat secara terus menerus. “Kami bersyukur sudah ada apresiasi dari masyarakat, tetapi perlu ada edukasi sehingga selera penonton bisa beragam,” katanya. –sum