iniSURABAYA – Spyshot foto adegan film ‘Jailangkung’ terbaru karya duo sutradara Jose Purnomo dan Rizal Mantovani bikin penasaran penikmat sinema Tanah Air.
Adegan yang menampilkan akting Amanda Rawles dan Jefri Nichol tengah memainkan boneka Jailangkung, memancing rasa ingin tahu.
Tapi di film itu disebutkan judul filmnya ‘Jailangkung’, bukan ‘Jelangkung’ yang dulu dibuat dua sutradara yang sama, Jose Purnomo dan Rizal Mantovani.
Rizal menyebut bahwa filmnya tidak ada kaitannya dengan film ‘Jelangkung’ produksi tahun 2001. Bahwa ‘Jailangkung’ yang ia garap bersama Jose benar-benar baru.
Cerita baru, kemasan baru, tema baru, bahkan berangkat dari cerita keluarga. Katanya demi mengejar segmen penonton lebih luas.
Tapi banyak komentar yang menyayangkan apabila Jose Purnomo dan Rizal Mantovani meninggalkan jejak produksi film sukses, ‘Jelangkung’, tanpa melanjutkan franchise-nya.
Fakta keberhasilan ‘Jelangkung’ begitu banyak. Sayang juga kalau kerinduan penonton tidak dilanjutkan sebagai bagian tools pemasaran.
Bukankah hasil 1,3 juta penonton film ‘Jelangkung’ cukup besar. Bukankah platform DVD/ VCD yang digunakan sebagai media penjualan utama film ini juga laku ratusan ribu hingga jutaan keeping?
Belum lagi spin-off ‘Jelangkung’ yang dibuat dengan berbagai judul oleh berbagai rumah produksi dan sutradara.
Sebut saja film ‘Tusuk Jelangkung’, ‘Angker Batu’, ‘Jelangkung 3’, ketiga film ini masih berkorelasi dengan film awal, Jelangkung. Ada lagi ‘Kalung Jelangkung’ yang disutradarai Nayato Fionuala dan tak berkorelasi dengan cerita ‘Jelangkung’ sebelumnya.
Dari data Wikipedia, ‘Jelangkung’ yang diproduksi dengan biaya Rp 400 juta pada masanya, menghasilkan keuntungan berlipat diraih produkser, pencetak DVD/ VCD, maupun media penayang lain. Bila dikapitalisasi mencapai Rp 5 miliar. Atau 10 kali lipat dari biaya awal.
‘Jelangkung’ (2001) bikinan Jose Purnomo dan Rizal Mantovani, memang dibuat dengan semangat ‘indi’. Mereka membuat ‘Jelangkung’ tidak diniatkan rilis di bioskop.
Baru setelah sukses, jaringan bioskop XXI memberi layar kepada mereka. Dan meledaklah film ‘Jelangkung’. Anak-anak muda berbondong-bondong ngantri tiket.
‘Jelangkung’ begitu fenomenal, dan jadi trend setter produksi film horor. Berkat ‘Jelangkung’ pula kisah urban legend pun bermunculan. Di antaranya adalah ‘Suster Ngesot’ (salah satu hantu di ‘Jelangkung’) yang juga jadi franchise.
Legenda hantu perkotaan pun bermunculan. Mulai dengan judul yang sederhana hingga judul film hantu ‘berantakan’, seperti: ‘keramas’, ‘goyang pinggul’, ‘rintihan’, ‘kesurupan’, ‘darah janda’, ‘perawan’, ‘mupeng’, ‘selfie’.
Terminologi yang sangat kacau bila digabungkan dengan jenis ‘memedi’ urban legend. Dan terkesan sangat murahan, karena memang dibuat dengan biaya murah.
Film ‘Jailangkung’ karya terbaru Jose Purnomo dan Rizal Mantovani diniatkan mengembalikan film horor misteri menjadi film yang menarik dan ‘berkelas’.
Toh, Hollywood berhasil mengemas film horor menjadi film pencetak box office.
Mudah-mudahan ‘Jailangkung’ karya Jose dan Rizal memang diniatkan menghasilkan horor yang menarik, berkelas dan menawarkan kebaruan dalam menakuti penonton.
‘Jailangkung’ dibuat untuk mengembalikan pamor film horor yang selama ini terkesan murahan dan kerap dicibir penonton.
So, dinanti saja rilis film ‘Jailangkung’ saat Lebaran nanti! (*)