iniSURABAYA – Cerai itu pengalaman pahit dalam kehidupan berumah tangga. Kalau pun kemudian Vivid Sambas menuangkan kisah pribadinya itu dalam bentuk buku, semata ingin mengajak siapa pun yang pernah mengalami hal yang sama untuk segera bangkit.
Menurut Vivid, perceraian merupakan titik puncak dari menyatunya beragam rasa, seperti marah, terluka, kecewa, merasa tidak dicintai, merasa tidak cukup berharga untuk dipertahankan, kekhawatiran kondisi finansial, cemas akan masa depan keluarga dan anak.
“Perceraian adalah titik puncak dari rangkaian keputusan-keputusan yang buruk, berbagai ketidakbahagiaan, dan kurangnya saling pengertian,” begitu tutur Vivid Sambas.
Perempuan kelahiran Surabaya, 15 Mei 1975 ini mengaku, dirinya sempat hancur ketika cerai dari suaminya pada tahun 2004.
Setelah delapan tahun berlalu, penyandang gelar MMT Cht CT ini akhirnya menemukan kembali pendamping hidupnya, Tommy Fadjar Hutomo. Dari pernikahan kedua ini mereka dikarunia seorang anak perempuan berumur tiga tahun bernama Bhre.
Perjalanan panjang saat menghadapi masa-masa sulit itu semua dia tuangkan dalam buku berjudul ‘Single Parent: Move On’.
Hanya perlu waktu 12 jam bagi lulusan S1 di Teknik Industri ITS ini untuk merampungkan buku ‘bangkit dari perceraian’ tersebut.
Buku yang berisi 20 bab ini menceritakan semua pengalaman pahit hidup Vivid sampai menuju fase kebangkitan.
Ketika mengungkapkan upayanya bangkit dari kehidupan pahit akibat perceraian, Vivid sempat menitikan air mata.
“Buku ini merupakan self help book. Buku ini juga membantu memulihkan diri, parenting, proses kebangkitan, dan meraih impian. Dalam buku ini banyak pula potongan adegan nyata,” ungkapnya.
Menurut wanita yang menuntaskan pendidikan S2 Magister Manajemen Teknik di ITS ini, penyebab perceraian bermacam-macam. Namun dalam bukunya itu ditekankan bahwa ada benang merahnya yaitu emosi yang intens, perubahan yang signifikan, baik dari segi materi maupun immateri.
“Dengan berbagai fase yang bila tidak kita jalani dengan kesadaran, bukan menuju kondisi yang lebih baik, bisa jadi malah ke kondisi keterpurukan,” tandas Vivid yang selama hampir 20 tahun berprofesi sebagai sales di Astra Group, Surveyor Indonesia, dan Jotun Indonesia.
Buku ini ditujukan Vivid untuk semua orang baik perempuan maupun pria, baik sebagai orang tua tunggal atau belum menjadi orang tua yang berjuang untuk melanjutkan kehidupan lebih baik.
Melalui buku ini Vivid Sambas ingin pula berbagi kisahnya tentang titik balik move on dari perceraiannya. Saat ia mampu memaafkan diri sendiri dan memaafkan mantan pasangan.
“Saya ingin mengajak pembaca untuk menemukan solusi langkah yang mungkin selama ini belum terpikirkan dalam bertransformasi diri menjadi lebih baik,” urainya.
Semua alur cerita dikemas maju melalui fase ke fase dalam kehidupannya. “Mulai proses penulisan hingga terbit membutuhkan waktu enam bulan,” ujar Vivid yang di pernikahan pertama dikaruniai dua anak, yaitu Cali (18), dan Icang (15). –sum