Libatkan Napi untuk Isi Koleksi The Heritage di Surabaya, Begini Alasan Anne Avantie

Para model yang memeragakan koleksi The Heritage di Ciputra World Surabaya.

iniSURABAYA – Anne Avantie akhirnya membuka gerai di Surabaya. Namun, desainer kondang yang karyanya sudah dikenal luas hingga mancanegara ini menegaskan bahwa gerai The Heritage yang menempati lantai 1 di Ciputra World Mall Surabaya itu berbeda dengan yang ada di Jakarta maupun Semarang.

Keberanian Anne Avantie menggelar koleksinya di Surabaya, diakui karena dia melihat banyak warga kota ini menggemari koleksi busana karyanya. “Fans saya di Surabaya itu nomor dua setelah Jakarta,” begitu tandasnya.

Menurut desainer yang karyanya sudah dikenal luas hingga mancanegara ini, dia senang akhirnya bisa membuka gerai di Surabaya. “The Heritage sekaligus menandai 28 tahun saya berkarya,” ujar Anne Avantie.

Khusus untuk mengisi koleksi busana di The Heritage, ibu tiga anak ini menggandeng ribuan UKM di Jawa Tengah. Anne Avantie juga melibatkan narapidana penghuni lembaga pemasyarakatan dari Jawa Tengah sebagai tukang potong maupun tukang jahitnya.

“The Heritage merupakan yang pertama di Indonesia, dan itu hanya ada di Surabaya,” begitu ungkat Anne Avantie saat ditemui usai launching gerai The Heritage, Kamis (11/5).

Anne Avantie (baju hitam) di tengah para model Surabaya yang memeragakan koleksi The Heritage.

Perempuan yang aslinya bernama Sianne Avantie ini menegaskan bahwa dirinya ingin memberdayakan masyarakat sehingga bisa mandiri. “Selain itu juga tentu agar mereka punya penghasilan yang halal dari jerih payah sendiri,” ucapnya.

Bertolak dari alasan itu pula, desainer yang karyanya banyak dipakai para selebriti Tanah Air ini tak membedakan koleksinya itu dari bahan batik cap, tulis, atau pun printing.

“Yang penting kegiatan itu harus memberi dampak positif pada banyak orang. Semua orang punya hak untuk hidup. Yang perlu dihargai adalah semangat hidupnya, dan upayanya untuk kreatif,” bebernya.

Jadi, lanjut Anne Avantie, karya batik printing seharusnya juga mendapat apresiasi yang sama seperti perajin batik tulis atau pun cap. Wanita kelahiran Semarang, 20 Mei 1954 ini berharap agar masyarakat tidak meremehkan produk batik printing.

Sebagai sebuah warisan budaya, Anne Avantie terus akan berupaya agar batik bisa dikenal secara luas. Karena itu, dia selalu melakukan kolaborasi kreasi batik dengan inovasi yang bisa diterima dunia global.

“Saya ingin setiap orang yang pakai busana ini bisa jadi lebih berkarakter melalui batik,” begitu pungkasnya. –sum

Pos terkait