iniSURABAYA – Setelah dua tahun banyak larut dalam karya seni komersial, Bayi Edi Iswoyo akhirnya tersadar. Pertemuannya kembali dengan teman-temannya di komunitas Serbuk Kayu membuat matanya terbuka bahwa dirinya sudah ‘tertinggal’ jauh dibanding kawan-kawannya itu.
“Selama dua tahun saya hanya menggali penguasaan teknik, dan melupakan esensi di balik hadirnya sebuah karya. Pemaham saya selama vakum tertinggal jauh dengan kondisi kesenian saat ini,” katanya.
Dari hasil dialognya bersama para sahabatnya di Serbuk Kayu, lahirlah 10 karya lukis yang dia pajang di Galeri Prabangkara Taman Budaya Jawa Timur Surabaya. Yang menarik, 10 lukisan yang menjadikan teman-temannya jadi subjek itu dibuat melalui proses ‘wawancara’ terlebih dulu.
“Saya ingin menghadirkan karya yang merupakan potret dari sosok kawan-kawan saya dengan beragam latar belakang dan ciri khas masing-masing,” ucap alumnus Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Jurusan Pendidikan Seni Rupa ini.
Ternyata, setelah melalui proses dialog, Bayu dan Dwiki Nugroho Mukti sebagai kurator sepakat ada garis merah yang dialami teman-teman Bayu yang jadi subjek lukisan. Maka pameran tunggal yang dimulai Selasa (2/5) hingga tanggal 5 Mei mendatang itu pun dia beri tajuk Sobat Depresi.
“Ada kegundahan yang dialami teman-teman dalam berkreasi dan mencoba menjaga eksistensi mereka tidak didukung oleh bantuan sumber pendanaan untuk kegiatan mereka,” tandas Bayu.
Dan ketika mencoba melakukan refleksi diri, kegalauan yang sama pula dialami oleh lulusan lulusan Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Surabaya ini.
“Sobat Depresi juga jadi penanda bahwa 10 orang terpilih itu adalah kawan seperjuangan yang dari awal terbentuknya Serbuk Kayu semangat berbagi mereka tak pernah putus,” begitu tegasnya.
Suasana hati itulah yang coba ditangkap oleh Bayu dan memaparnya di atas kanvas dalam bentuk sebuah karya lukis. Dari puluhan kawannya sesama anggota komunitas, Bayu memang harus memilih sosok yang tepat untuk jadi subjek lukisannya.
“Semata karena waktu sehingga saya tak bisa meng-capture semua teman jadi subjek lukisan saya kali ini. Saya siapkan pameran ini dalam waktu sebulan,” bebernya.
Sentuhan lain yang coba diberikan pada karyanya kali ini adalah memberi nama bunga pada semua lukisannya, dan bukannya nama sosok yang jadi subjek lukisannya.
Alasan utamanya, Bayu ingin agar siapa pun yang mengamati karyanya tidak terpaku pada nama, melainkan esensi nilai seni karya lukisannya.
“Selain itu, saya juga ingin berbagi aroma harum teman-teman yang sudah sukses ini ke lebih banyak orang,” begitu dalih Bayu. –sum