iniSURABAYA – Musik bisa membentuk karakter seseorang. Ketika yang didengar adalah genre musik keras macam rock atau metal, maka seseorang akan terpicu agresivitasnya.
“Kota Gouda, tempat tinggal saya itu tingkat kriminalitasnya tertinggi di Belanda. Menurut sebuah penelitian, itu karena musik yang didengar masyarakatnya cenderung jenis musik yang keras,” tutur Hartini van Rijssel, Sabtu (15/7).
Itu pula yang memicu semangat musisi kelahiran Wonosobo, Jateng, dan besar di Belanda ini untuk menghadirkan musik-musik klasik di setiap pementasannya.
“Harapannya tentu setelah mendengar musik klasik ini bisa menurunkan agresivitas masyarakat, terutama di usia anak-anak,” ucapnya.
Hartini yang sempat pula bermain bersama Twillite Orchestra yang dimotori Addie MS mengaku sudah memainkan violin sejak masih berusia lima tahun. Berkat ketrampilannya itu, Hartini berhasil mendapat banyak penghargaan.
Malam itu Hartini duet bareng Mark Lippe memainkan sembilan komposisi klasik dari musisi kondang dunia di Auditorium Universitas Widya Mandala Surabaya.
Diantara repertoar yang disuguhkan Hartini dan Mark adalah Sonate in A for Piano & Violin karya Cesar Franck.
“Perlu teknik khusus dan perasaan yang kuat untuk memainkan komposisi ini,” ujar Mark sesaat sebelum pentas.
Selain karya Cesar Franck, Hartini dan Mark juga memainkan karya Franz Schubert (Sonatine Opus 137 nr3 D 408), dan Sonatensatz ‘Scherzo’-nya Johannes Brahms.
Usai jeda, dua musisi Belanda ini memainkan musik yang lebih populer yang diambil dari soundtrack film, diantaranya Schindler’s List (John Williams), The Culmination from Moonlight (Nicholas Britell), dan Meditation from Thais (Jules Massenet).
“Dalam setiap pementasan, saya berusaha untuk merasakan dan menerjemahkannya pada penonton. Sebab, saya ingin di setiap konser saya bisa menyentuh hati mereka (penonton),” ujar Mark yang piawai main piano sejak usia tujuh tahun. –sum