Purjito Bisa Selesaikan 30 Patung dalam Dua Bulan, Tapi Seniman Ini Ngaku Masih Punya Kendala, Apa Itu?

0
1674

Purjito memeragakan proses mengolah tanah liat sehingga menjadi karya seni patung di Galeri House of Sampoerna Surabaya.

iniSURABAYA – Sebagai seorang seniman, Purjito dibesarkan dalam kehidupan dengan nilai-nilai budaya tinggi. Maka wajar bila kondisi tersebut sangat mempengaruhi hasil karya seninya.

Diantaranya seperti tampak pada Sang Proklamator, sebuah karya yang mengabstraksikan tokoh besar Republik Indonesia dalam bentuk wayang.

Juga sosok perempuan Jawa yang tergambar dalam karyanya berjudul Merenung. Sedangkan dalam karya berjudul Vitalitas, Purjito menampilkan sosok yang berdiri sedikit condong ke belakang sebagai penggambaran tokoh Semar yang menyatukan dimensi wanita dan pria dalam satu sosok.

Purjito kemudian memberi contoh, untuk membuat patung sosok penari perempuan itu, yang dilakukan pertama adalam merangkai besi.

Selanjutnya modeling dengan tanah liat menggunakan tangan kosong dibantu kayu untuk pembentukannya. “Lalu dikeraskan dengan veber,” ungkapnya.

Menariknya saat membuat patung, Purjito selalu menggunakan perhitungan skala. Diakui Purjito, ini sangat membantunya untuk menyelesaikan layaknya benda hidup nyata. “Karena akurasinya mencapai 90 persen,” tandasnya.

Purjito mengakui tidak pernah kesulitan dalam membuat patung. Ia hanya terkendala dengan meyakinkan ide yang ada di dalam benaknya.

“Saya kalau sudah ada pandangan buat patung seminggu selesai,” imbuhnya.

Purjito sendiri sudah memiliki lebih dari 200 karya patung. “Pada tahun 2002 saya pernah menyelasaikan 30 patung hanya dalam kurun waktu dua bulan,” tegasnya.

Menurut Purjito, jati diri seseorang merupakan potensi yang dapat ditonjolkan sebagai sebuah identitas dalam proses berkarya.

Dan dalam sebuah karya seni, tidak jarang seorang seniman menanamkan identitasnya sebagai sebuah kepercayaan diri, kebanggaan, atau justru proses perenungan.

Proses pencarian jati diri yang kemudian divisualkan itu diangkat dalam pameran tunggal seni patung dan lukisan yang digelar di Galeri House of Sampoerna. Pameran bertema ‘Di Balik Senyap” tersebut berlangsung mulai Jumat (14/7) hingga 5 Agustus 2017.

“Pameran ini mengungkapkan bahwa 25 tahun yang lalu, ketika karya-karya ini masih dalam ‘kandungan’ (ruang penyimpanan), saya masih menjelajahi ruang perenungan atas hidup yang penuh perjuangan, sebagai suatu rentetan kreativitas, guna memperolah pemahaman hidup,” urainya. –sum

Comments are closed.