
iniSURABAYA – Jazz Traffic Festival (JTF) 2017 tetap konsisten menyediakan panggung bagi genre musik pop, rock, world music, etnik, Electronic Dance Music (EDM) hingga musik yang sekadar beraroma jazz, dan ekstrak jazz murni.
Meski mengusung label jazz, JTF tampaknya tak ingin terkurung di genre musik yang selama ini terkesan elitis dan segmented tersebut.
Maka yang bakal tampil di JTF 2017 yang digelar di Grand City Surabaya selama dua hari, 18-19 Agustus ini pun beragam.
Diantaranya seperti Indra Lesmana Keytar Trio, dan JOC yang mewakili jazz mainstream. Sedang Yura Yunita pada genre fusion jazz, serta Virgoun dan Sheila on 7 pada genre non jazz.
Selain itu, di panggung yang mengusung tagline ‘Souls of Freedom’ ini menampilkan pula jazz yang lebih futuristik, yaitu Budjana Zentuary.
Yang pasti, pentas musik akbar ini akan dimeriahkan lebih dari 200 musisi yang tergabung dalam 40 perform dengan jadwal yang sangat padat.
Menurut Errol Jonathans, Direktur Utama Suara Surabaya Media, JTF 2017 ingin menarik benang merah tapak sejarah seperti opini pianis dan komposer jazz Dave Brubeck: ‘Jazz Stands for Freedom’.
Errol juga mengungkapkan, jazz adalah ekpresi tentang kebebasan atau kemerdekaan jiwa. Untuk itulah JTF 2017 yang digelar Suara Surabaya kali ini memperjelas orientasinya sebagai festival yang memuliakan semua jenis musik.
“Tentu saja porsi musik jazz tetap lebih kental. Inilah keistimewaan JTF yang memerdekakan selera khalayak yang leluasa memilih artis favoritnya,” kata Errol Jonathans.
JTF 2017 yang digelar sehari pasca peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, lanjut Errol, menjadi spirit tersendiri bagi kebhinekaan Indonesia dalam kemerdekaan hidup setiap warganya.
“Nikmatilah kemerdekaan ini dengan penuh syukur. Syukurilah juga kemerdekaan Jazz di JTF 2017 sebagai anugerah kehidupan. Persis seperti ujaran jazzer, trompetis dan vokalis bersuara serak Louis Arsmtrong: What we play is life,” katanya.
Errol Jonathans mengakui, festival jazz di belahan dunia manapun tidak pernah ada yang murni mengusung jazz mainstream.
Selalu saja ada perpaduan dengan genre non jazz karena festival sejatinya adalah ruang untuk menunjukkan bahwa musik adalah bahasa universal.
“Karena itu banyak penampilan generasi baru dalam dunia jazz yang pendekatannya tidak lagi semata-mata mengandalkan jazz mainstream tapi juga kreasi mereka yang disesuaikan dengan generasi kekinian,” ucapnya. –sum