iniSURABAYA – Pelukis yang dikenal dengan julukan ‘Aristo Liberte’ menggelar pameran tunggal bertajuk ‘Drawing-Drawing in The Earth’. Pameran yang berlangsung selama 21-26 Agustus 2017 di Galeri Prabangkara –Kompleks Taman Budaya Jawa Timur, Surabaya ini memajang tiga kreasi ‘Aristo Liberte’.
Kreasi itu berwujud delapan karya lukis yang ditempel di lantai dasar, sedang 30 karya drawing serta empat karya instalasi dalam bentuk boneka digantung di lantai dua galeri tersebut.
Semua karya pelukis bernama Elano Gantiono memapar cerminan kehidupan. Sebab, bagi Elano kehidupan adalah sebuah cermin, tempat berkaca dan introspeksi diri.
Kehidupan yang disaksikan Elano inilah yang kemudian dituangkan dalam beragam karya lukis tersebut. “Saya berusaha menangkap kondisi manusia sekarang dari sisi psikologisnya,” tegas pria kelahiran Jakarta ini.
Maka yang lahir kemudian antara lain, ‘The Harmony of Life’, ‘Di Sebuah Pesta Nan Absurd’, Carnival’, ‘Animal Insting’, dan ‘Di Ujung Nan Sepi’. Elano mencoba bercanda lewat karya, ‘Pala Pusing Barbie’.
“Kalau sudah suntuk dengan kehidupan pasti jadi pusing kita,” celetuknya sambil tertawa.
Itu pula alasan Elano memasang label ‘Drawing-Drawing in The Earth’ untuk pameran karyanya . Menurut Elano, pameran ini merupakan hasil pengembaraannya di berbagai kota di Indonesia sejak tahun 2008.
“Saya coba tampilkan lukisan dengan warna-warna cerah serta bentuk yang absurd,” ujarnya.
Seniman yang lebih dikenal dengan ini mengaku karyanya didominasi bentuk-bentuk drawing yang memanfaatkan media kertas. Sebagai penunjang dia pakai pulpen, spidol, dank rayon.
“Ada juga lukisan di atas kanvas yang saya gunakan cat akrilik. Itu untuk lukisan dengan ukuran yang besar-besar biasanya,” ungkap pria berusia 53 tahun ini.
Taufik Monyong, Ketua Dewan Kesenian Jawa Timur yang sempat membuka pameran itu mengaku Elano konsisten dengan aliran artburt sebagai karakter lukisannya.
“Aliran ini dalam bentuk garis-garis semacam ‘zebra’ yang kemudian membentuk objek hingga menjadi sebuah lukisan utuh,” urainya.
Menurut Taufik Monyong, sebagai seniman Elano punya cara sendiri untuk menerjemahkan arti dari sebuah perjalanan.
“Pada kertas dan kanvas lah dia menuangkan semua serapan yang dia rasakan dari setiap perjalanan,” ucap pria yang selalu tampil dengan kain sarung ini. –din