Seniman Street Art Asal Prancis Kolaborasi Bareng Seniman Indonesia, Begini Awalnya Dia Suka Gambar Ayam

Ceet (pakai topi) bersama para seniman mural Indonesia dan tim manajemen Hotel Yello.

iniSURABAYA – Inilah kolaborasi langka. Dua seniman street art dari Jakarta dan Surabaya kolaborasi pamer karya bareng seniman mural asal Prancis di acara Back to Da Wall.

Mereka bertiga menghias dinding Hotel Yello. Meski mengaku berbeda gaya, namun, karya ketiga seniman ini toh masih bisa disatukan di media yang sama.

Hasilnya? Karya Ceet yang seniman kontemporer dari Prancis dan Wormo dari Jakarta, serta Sikut Skid dari Surabaya bisa disaksikan di hotel yang berlokasi di Jl Jemursari Surabaya tersebut.

Yang juga menarik, artis berskala internasional ini dikenal lewat goresannya yang menampilkan sosok ayam. “Ide ayam ini muncul sekitar 17 tahun lalu saat saya sedang di Tiongkok,” ucap Ceet yang kini mukim di Hongkong.

Menurut Ceet, waktu itu dia sama sekali tidak bisa berbahasa Mandarin. Untuk berkomunikasi dengan warga setempat dia lebih banyak menggunakan ‘bahasa Tarzan’ dan gambar.

“Jadi untuk menyampaikan tujuan saya atau yang berkaitan dengan kegiatan di sana saya tunjukan gambar tertentu pada orang yang saya temui,” begitu kisahnya.

Dan gambar ayam dia buat ketika ingin mengungkapkan menu makanan yang dia pesan saat di restoran. Karena tak tahu menu yang bisa dinikmati di daerah asing itu, maka dia lebih sering memesan menu ayam.

Sejak itu, gambar ayam jad akrab dengan kesehariannya, dan bahkan menjadi trade mark karya lukisnya. “Semula hanya untuk fun agar mudah berkomunikasi, tetapi berlanjut sampai sekarang,” ujar Ceet.

Pria yang sudah berkarir di dunia seni ini selama 30 tahun menambahkan, dirinya sempat tidak enak memakai gambar ayam dalam setiap karyanya. “Sebab di negara tertentu ayam bisa berarti prostitusi,” katanya sambil tertawa.

Ceet mengaku senang bisa berkolaborasi dengan sejumlah seniman street art di Indonesia, khususnya Jakarta dan Surabaya. Hari itu, dia memajang karya ayamnya itu di dinding Hotel Yello. Berbaur dengan goresan karya Wormo dan Sikut Skid.

“Ini pertama kalinya saya ke Surabaya, dan senang bisa menghadirkan karya saya untuk masyarakat di sini,” tandasnya.

Di tempat yang sama, Wormo, yang asal Jakarta menyatakan kolaborasi yang dia lakukan dengan seniman luar negeri ini bukan yang pertama. Pria bernama Aram Kaleva ini bahkan pernah ikut pertukaran budaya di Singapura.

Pertemuan dengan seniman asing ini memberi banyak manfaat baginya sebab bisa belajar mengenai perkembangan street art itu dari seniman mancanegara.

“Di Indonesia street art baru populer sekitar 2004, sedang di luar negeri sudah muncul sejak tahun 1970an. Jadi banyak teknik yang berkembang di luar sana,” tutur Wormo.

Aktivitas seni di Hotel Yello memang kerap dilakukan, dan bekerjasama dengan sejumlah komunitas seniman muda Surabaya.

“Kami ingin hotel ini menjadi wadah kreativitas anak muda terutama urban art sesuai konsep Yello Hotel. kegiatan ini juga salah satu cara mengapresiasi seniman untuk terus mengambil langkah kongkret dalam berkesenian,” kata Marc Steinmeyer, President Director Tauzia Hotel Management. –din

Pos terkait