Meimura Ingin Surabaya Jadi Destinasi Seni Pertunjukan Ludruk

Meimura saat melakukan gerakan taatrikal di samping Gedung DPRD Kota Surabaya.

iniSURABAYA – Dunia teater sama sekali tak asing bagi Meijono. Pengalaman pentas pria yang kemudian dikenal dengan nama Meimura ini diperoleh saat masih duduk di kelas 1 SD.

“Waktu itu saya kebagian peran jadi Anoman anakan (kecil),” bebernya kepada iniSurabaya.com usai menerima penghargaan di puncak acara HPN & HUT ke-72 PWI yang diselenggarakan di Gedung Grahadi, Kamis (29/3/2018).

Kesempatan yang diperoleh itu kemudian membuatnya jadi keranjingan untuk terus bergelut di dunia seni teater. Apalagi saat di SD itu, Meimura dapat guru yang membuat motivasinya kian besar untuk masuk ke seni teater.

“Saya masih ingat waktu itu diajar oleh Bu Ernawati dan Pak Tomo. Latar belakang mereka sebetulnya bukan guru kesenian. Tetapi pengetahuan mereka tentang seni, terutama kesenian Jawa sangat keren,” ungkap motor Irama Budaya Sinar Nusantara ini.

Pendekatan dua guru ini mengenai dunia kesenian, membuat Meimura kecil enggan berkeliaran seperti remaja seusianya. Dan ketika beranjak ke tingkat SMP, Meimura pun mendapat arahan dari guru yang menurutnya lengkap dalam mengajarkan masalah kesenian.

“Nama guru saya itu Pak Wayan Wisnuadi. Beliau tak hanya mengajarkan soal disiplin, tetapi juga mengajari pentingnya bela diri dan penguasaan vokal. Dalam pengucapan kalimat harus benar, baik, dan tepat,” beber Meimura yang mendirikan Padepokan Seni Citra Loka bersama Jil Kalaran dan Amdo Barada.

Di usianya yang sudah lewat setengah abad ini Meimura masih menunjukkan antusias yang besar pada seni ludruk. Berkat keseriusannya menggeluti seni ludru pula Pemerintah Kota Surabaya akhirnya mengucurkan dana untuk Irama Budaya Sinar Nusantara sehingga kelompok seni ludruk ini bisa tampil rutin setiap Sabtu malam di tobong ludruk THR Surabaya.

“Saya bersyukur. Setidaknya teman-teman seniman ludruk sudah nggak mikir soal transportasi mereka saat akan pentas,” tandasnya.

Lewat kesenian Irama Budaya Sinar Nusantara ini pula, Meimura bertekad membuat Jawa Timur, khususnya Surabaya layak jadi destinasi wisata seni pertunjukan ludruk. “Jepang punya ‘Kabuki’, di Malaysia ada ‘Serampang 12’, dan Singapura juga ada ‘Wayang Cina’. Indonesia punya apa?” begitu sergahnya.

Loyalitas yang besar Meimura beserta para seniman ludruk membuat pementasan saban Sabtu malam itu mulai dilirik wisatawan asing. “Saya juga sudah didekati travel agent yang ingin mendatangkan wisman (wisatawan mancanegara) untuk menonton seni ludruk,” kata sulung dari lima bersaudara ini.

Seni ludruk ditekankan Meimura tak semata sebuah hiburan. Sebab, cerita yang mengalir di setiap pertunjukan ludruk menanamkan nasionalisme dan patriotisme. dit

Pos terkait