iniSURABAYA – Dermatitis Atopik atau eksim adalah penyakit radang kulit yang tidak menular. Namun, jika tidak diperhatikan serius bisa kambuh secara berkala, dan bahkan juga bisa mencapai titik kronis.
Menurut Prof Dr dr Zakiudin Munasir SpA(K), Guru Besar Bagian Anak Alergi dan Immunologi dari RSCM/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, jika alergi tidak dipahami dan dicegah, maka tumbuh kembang si kecil akan terhambat karena kegiatan belajar, bermain serta aktivitas stimulasinya terganggu.
“Dan jika alergi tidak diatasi, maka penyakit seperti Dermatitis Atopik, hanyalah gejala awal alergi dan kondisinya bisa memburuk yang dikemudian hari bisa muncul penyakit alergi lain seperti asma dan rhinitis alergi,” katanya.
Umumnya, episode pertama terjadi sebelum si kecil berusia satu tahun, yang selanjutnya bisa hilang dan timbul kembali. Prevalensi jenis kulit Dermatitis Atopik pada anak diperkirakan mencapai 10-20 persen, sementara pada orang dewasa sekitar 1-3 persen.
Penyebab Dermatitis Atopik masih belum dapat seluruhnya dikenali dengan pasti, namun 50 persen penyebabnya berasal dari faktor eksternal seperti kondisi lingkungan sekitar yang terlalu kering, bahan pencetus iritasi kulit seperti jenis sabun atau deterjen tertentu, debu, rumput serta serbuk dari tumbuhan berbunga (pollen). Sementara 50 persen penyebab lainnya dicetuskan oleh makanan.
Ada delapan makanan utama yang dianggap bisa mencetus alergi atau yang umumnya dikenal sebagai The Big 8, yaitu, susu, telur, ikan, jenis makanan laut tertentu seperti udang misalnya, gandum, kacang tanah, kacang kedelai serta kacang pohon seperti, walnut, almond, hazelnut, cashew dan pistachio.
“Susu atau alergen protein susu sapi, menjadi salah satu pencetus paling umum di dunia dengan angka kejadian yang mencapai 2-7.5 persen, dan 0,5 persen diantaranya terjadi pada si kecil yang masih mendapatkan ASI eksklusif,” tegas Zakiudin Munasir.
Ditambahkan pula, salah satu pencegahan alergi terhadap makanan bisa dilakukan dengan memperkenalkan berbagai jenis makanan sedini mungkin, dan memberikan ASI secara eksklusif. “Atau jika bunda tidak dapat memberikan ASI, anak dapat diberi susu yang telah diformulasikan secara khusus seperti susu dengan protein terhidrolisat parsial,” tuturnya.
Ditekankan Zakiudin Munasir, walaupun penyakit eksim tidak dapat disembuhkan, namun dapat dicegah, antara lain dengan mengindentifikasi pemicu dan menghindarinya serta menerapkan perawatan untuk menjaga kelembaban kulit dengan produk hipoalergenik yang tidak mengandung parfum.
Pernyataan yang senada dilontarkan Dewi Angraeni, Senior Brand Manager Kalbe Nutritionals. “Alergi pada anak ini sebetulnya dapat diatasi, dan bunda bisa mencegah timbulnya penyakit akibat mewarisi bakat alergi dari orang tuanya,” katanya.
Dalam kaitan itu pula, Morinaga sebagai salah satu brand unggulan PT Kalbe Nutritionals, secara konsisten melakukan edukasi mengenai alergi mulai dari pemahaman, pencegahan dan solusinya, agar si kecil yang menderita alergi bisa tetap tumbuh secara optimal.
Morinaga, lanjut Dewi Anggraeni, memiliki program tetap yaitu Morinaga Allergy Solution yang merupakan solusi alergi untuk si kecil melalui sinergi nutrisi yang tepat, hasil pengembangan PT Kalbe Nutritionals bersama Morinaga Research Centre Jepang. Morinaga Allergy Solution memiliki dari tiga keunggulan, yang pertama adalah solusi nutrisi untuk mencegah alergi dan mengatasi alergi susu sapi. Yang kedua adalah tersedianya produk nutrisi untuk anak dari lahir sampai usia 12 tahun. Yang ketiga adalah sinergi nutrisi yang tepat dan mencakup Brain Care, Body Defense dan Body Growth.
“Menurut hasil survei terhadap ibu-ibu di Indonesia dengan anak usia antara 1-3 tahun yang alergi susu sapi, 9 dari 10 ibu merasa puas dan merekomendasikan Chil Kid Soya sebagai solusi terbaik alergi,” ujarnya.
Artinya, kata Dewi Anggraeni, Chil Kid Soya sesuai untuk konsumsi si kecil yang alergi dan memiliki nutrisi yang diperkaya. “Chil Kid Soya juga setara dengan kebaikan susu sapi untuk tumbuh kembang si kecil,” papar Dewi Angraeni.
Berbagai program edukasi ini diakui Dewi Anggraeni sebagai wujud dukungan Morinaga pada program tahunan World Allergy Week. Program yang diinisiasi World Allergy Organization (WAO) ini tahun 2018 fokus topiknya adalah Dermatitis Atopik. dit