
iniSURABAYA – Gubernur Jawa Timur, Dr H Soekarwo meyakini media mainstream tetap eksis meski belakangan mulai terusik oleh hadirnya media online. Keyakinan pria yang akrab disapa Pakde Karwo ini begitu besar lantaran media mainstream tetap menjadi rujukan kepastian informasi.
Dengan data kuat dan akurat yang dianalisis dan diolah menjadi informasi, media on line melengkapi media mainstream cetak dan elektronik. “Saya yakin Jatim bisa menyumbangkan pemikiran terkait digitalisasi ini sebagai bagian dalam perkembangan yang tidak bisa ditahan,” ujarnya di tengah acara buka puasa bersama dengan PWI, pimpinan media cetak, online, dan elektronik di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Sabtu (26/5/2018) malam.
Terkait kekhawatiran bakal tergusurnya media mainstream oleh media online, Pakde Karwo melontarkan gagasan perlunya dilakukan focus group discussion (FGD) untuk merumuskan upaya mempertahankan media mainstream di dalam proses memberikan informasi yang berkualitas.
“Perlu dipikirkan apakah digitalisasi ini mematikan media mainstream, atau sebaliknya menjadi bonus bagi media mainstream,” tandasnya. Ditekankan Pakde Karwo, FGD tersebut diharapkan bisa diselenggarakan merangkai kegiatan Hari Pers Nasional (HPN) 2019 yang bakal diadakan di Jawa Timur tahun depan.
Mengenai penunjukan Jawa Timur sebagai tuan rumah even nasional tersebut, Pakde Karwo menandaskan pihaknya sudah membahas masalah tersebut bersama DPRD Jatim. Pria yang selalu tampil santai dan banyak canda ini mengingatkan agar pelaksanaan HPN Nasional bisa sesuai harapan PWI Pusat, yaitu menjadi pertemuan nasional yang membawa banyak manfaat.
Sebagai langkah awal, lanjutnya, Pemprov Jatim mengundang jajaran PWI Jatim dan pimpinan media, baik cetak, online, maupun elektronik di Jatim untuk penyamaan persepsi, termasuk materi diskusi. “Setelah itu, dilanjutkan pertemuan-pertemuan jajaran Pemprov. Jatim pertemuan dan PWI Jatim dengan PWI Pusat,” ujarnya.
Terkait agenda kegiatan, Pakde Karwo-sapaan akrab Gubernur Jatim ini mengusulkan, antara lain perlunya diskusi mengenai pengaruh digitalisasi, termasuk digitalisasi ekonomi dan media.
“Digitalisasi ekonomi jangan menjebak kita pada digitalisasi trading yang menjadikan kita semata-mata sebagai trader, tetapi lebih dari itu kemampuan kita menjadi industri atau digital industri,” pesannya.
Dengan demikian, kita tidak hanya menjadi konsumen bagi yang lain. “Digitalisasi harusnya menjadi bonus, bukan sebaliknya sebagai bencana,” pungkasnya. dit