iniSURABAYA – Rabu (15/8/2018) siang ini rombongan seniman ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara berangkat ke Jakarta. Perjalanan rombongan yang menggunakan sebuah bus ini pertama akan menuju Taman Mini Indonesia Indah untuk mengisi pementasan di sana, Jumat (17/8/2018).
Pentas muhibah ludruk kebangsaan ini selanjutnya geser ke Gedung Graha Bakti Budaya, Jakarta Pusat dan menggelar pertunjukan di sana selama dua hari berturut-turut, Sabtu-Minggu (18-19/8/2018). “Kami akan kembali pada Senin (20/8/2018),” ungkap Lili Dwipu, salah seorang seniman ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara.
Ibu dua anak ini dan juga para seniman Irama Budaya Sinar Nusantara lainnya mengaku gembira karena akhirnya mereka bisa ‘lolos’ menggelar pementasan di sebuah panggung bergengsi di ibukota. “Untuk bisa tampil di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, setiap kelompok kesenian harus menunggu hasil kurasi selama enam bulan,” katanya.
Sementara kelompok kesenian ludruk asal Surabaya ini hanya perlu empat hari untuk mendapatkan kepastian mereka bisa tampil di gedung tersebut. “Memang awalnya kami sempat ditolak karena pada tanggal yang kami inginkan penuh,” tuturnya.
Tetapi, setelah selang beberapa hari kemudian para seniman ini mencoba menghubungi pihak TIM, mereka dapat jawaban menggembirakan. “Ternyata kami bisa pakai dua hari sekaligus tanpa harus menunggu selama enam bulan,” tegasnya dengan ekspresi gembira.
Menurut Lilik, pengelola TIM ternyata sudah banyak mendapat informasi mengenai kiprah kelompok seniman Irama Budaya Sinar Nusantara ini. “Mereka sudah memperoleh referensi mengenai kiprah yang sudah kami lakukan selama ini” ucapnya.
Meski begitu, kelompok seniman ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara ini dihadapkan pada tantangan berikutnya. “Gedung itu kapasitasnya 750 orang. Tantangan kami adalah bagaimana caranya bisa mengisi penuh ruangan itu hingga penuh,” sela Meimura, Sekretaris Irama Budaya Sinar Nusantara.
Meski untuk menyaksikan pertunjukan ludruk ini nantinya tidak dikenakan biaya alias gratis, hal itu tetap bukan hal mudah untuk menarik penonton agar datang menyaksikan pementasan kesenian ludruk. “Seperti di Surabaya kan pentas ludruk di THR gratis, hanya saweran saja, seikhlasnya dari penonton. Kalau di Jakarta nanti kami berharap ada donatur yang bisa mendukung pementasan kami ini,” cetus Meimura.
Bila mereka berhasil menjaring penonton hingga memenuhi gedung Graha Bakti Budaya, diakui Meimura, hal itu bisa jadi penambah semangat untuk ‘menantang’ TIM agar memberi jadwal rutin tampil di gedung kesenian tersebut. “Target kami adalah ludruk ini bisa tampil rutin di pentas nasional,” tandasnya. dit