Disruption Technology Tak Bisa Dielakkan, Begini Cara Agar Bisa Tetap Eksis di Era Digital

Nugroho Agung Prasetyo saat tampil sebagai narasumber acara Parimaya 8th Class yang diadakan di Hotel Solaris Malang.

iniSURABAYA – Di era digital seperti sekarang, ‘disruption’ tak bisa dielakkan lagi. “Harus ada perubahan cara bersikap,” begitu tegas Nugroho Agung Prasetyo, Head of Corporate Communication Division ANTV.

Tampil di acara Parimaya 8th Class yang diadakan di Hotel Solaris Malang, pria yang akrab disapa Agung ini menekankan, ketika masuk ke era teknologi digital, maka yang konvensional akan ketinggalan. “Artinya, kalau kita masih main di konvensional kita akan ditinggalkan,” tegas penyandang predikat The Best The Best Strategy Communications –  Indonesia Corporate PR Awards 2018 versi Majalah Warta Ekonomi ini, Sabtu (29/9/2018).

Bacaan Lainnya

Agung lalu menyinggung terjadinya aksi demo sebagai reaksi masyarakat ketika grab dan uber pertama kali ‘masuk’ ke bisnis jasa transportasi Indonesia. “Demo sih boleh saja. Tapi ini sudah jamannya disruption. Teknologi digital sudah tidak bisa ditahan lagi,” imbuhnya.

Masyarakat yang semula menggunakan jasa taksi dan ojek konvensional sekarang banyak beralih ke online. “Faktanya, lebih mudah akses pakai handphone (gawai) untuk pesan moda transportasi di Jakarta yang sering macet. Hadirnya gojek sangat membantu. Atau kalau lapar tinggal go-food.

Para peserta diskusi ringan bertema ‘Mengubah Tantangan Jadi Keuntungan Bagi PR & Marcomm di Era Digital’.

Menurut Agung kondisi seperti itu tak bisa lagi ditahan. “Dan yang bisa dilakukan adalah beradaptasi dengan jamannya,” ucap pria yang juga sempat mendapat penghargaan sebagai The Best PR Campaign – WOW Brand 2018 (Majalah Marketeers).

Karena itu, Agung lalu menyarankan agar pelaku industri pariwisata, terutama perhotelan, bisa memanfaatkan perkembangan teknologi digital ini untuk membangun image positif bagi perusahaan masing-masing. “Teman-teman harus memiliki own media, seperti Facebook, Instagram, atau bahkan website,” tandasnya.

Menurut Agung keberadaan media sosial itu bisa memberi dampak positif. “Salah satunya adalah mengikat konsumen yang potensial,” kata Agung yang mengawali perjalanan ke-PR-an saat menjadi staf tidak tetap di SCTV pada tahun 1996–1997.

Agung mengingatkan supaya ada tenaga khusus yang ‘merawat’ postingan di media sosial sehingga selalu aktif. Dan agar bisa menarik perhatian warganet, maka yang perlu dilakukan adalah selalu mengisi dengan postingan-postingan ringan.

“Message harus selalu upgrade. Komunikasi harus selalu berkesinambungan,” cetus Agung yang sempat menempati posisi PR di sejumlah perusahaan ini.

Acara bertema ‘Mengubah Tantangan Jadi Keuntungan Bagi PR & Marcomm di Era Digital’ ini merupakan hasil kerjasama Penakita Media Communication dan Parimaya. “Kami sering menggelar agenda kegiatan yang bermuatan edukasi dan sharing pengetahuan khususnya di bidang literasi,” kata Achmad Pramudito, Dirut Penakita Media Communication.

Kegiatan serupa pernah diselenggarakan bersama para PR dan Marcomm perhotelan di Surabaya. “Kami ingin perkembangan teknologi digital ini bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk pengembangan usaha teman-teman yang bergerak di dunia kepariwisataan,” harapnya. dit

Pos terkait