iniSURABAYA – Kreatif, itulah kunci bagi siapa pun yang ingin meraih sukses. Tak terkecuali seniman.
Di tengah persaingan ketat dan kondisi ekonomi yang belum juga membaik, Kamiludin mencoba berkreasi menghadirkan karya yang tak biasa. “Saya sudah lama jadi pelukis. dan saya merasa harus ada sesuatu yang berbeda untuk dijadikan karya lukis,” tegas Kamiludin saat ditemui iniSurabaya.com, Jumat (12/10/2018).
Siang itu, pelukis asal Sidoarjo ini memajang belasan karyanya yang dibalut pigura kaca di stan Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) 2018. Kreasi Kamiludin ini akan menghiasi pameran lukisan tahunan yang digelar di Jx International itu hingga 21 Oktober mendatang.
Sekilas, karya Kamiludin tak berbeda dengan karya pelukis lainnya. Tetapi, ketika didekati akan jelas sekali perbedaannya. Sebab, lukisan Kamiludin berasal dari bahan bebatuan alam.
Menurut Kamiludin, ide membuat karya lukis dari batu itu ketika dirinya melihat banyak bongkahan batu akik yang terbengkalai. “Daripada mubazir akhirnya saya gunakan jadi bahan lukisan. Selain, saya juga merasa bosan dengan gaya lukisan yang biasa-biasa saja,” tandasnya.
Pria yang akrab disapa Kamil ini tak menepis bahwa gaya lukisan yang dia tekuni itu merupakan terobosan baru dalam dunia lukis. Maka, sejak dua tahun lalu Kamiludin mulai fokus pada kreasi lukisan batu ini.
Meski bahan yang dia gunakan berbeda yaitu berupa batu dan lem G, konsep pemandangan tetap menjadi objek lukisannya. “Saya harus bisa memilah jenis batu yang cocok untuk membentuk gunung, bangunan atau pun pepohonan “ begitu ungkap pria yang tinggal di Candi Sidoarjo ini.
Ada sekitar 10-15 jenis batu yang digunakan dalam satu karya lukisan. Beberapa jenis batu yang sering dipakainya adalah batu pirus, pancawarna, batu ati ayam, dan giok.
Batu-batu yang dipakai itu biasanya masih dalam.bentuk bongkahan atau potongan-potongan. Jika dalam bentuk bongkahan, dia bisa memotong memakai gerinda menjadi potongan kecil dan ditempel di kanvas dengan lem G.
“Tapi bisa juga potongan batu itu ditumbuk menjadi serbuk, baru kemudian ditempel di kanvas. Biasanya ini untuk bagian laut atau langit,” paparnya.
Sejak menjadi pelukis batu, Kamil dibantu temannya sudah membuat sekitar 25 lukisan. “Sebelum saya bentuk jadi lukisan, objek yang saya inginkan saya foto dulu lalu dibuat sketsanya di kanvas,” katanya.
Untuk satu karya lukis, Kamiludin memerlukan waktu 1-2 minggu. “Yang sulit itu menggarap daun dan pohon, karena harus detil,” imbuhnya.
Lukisan batu akik ini dia jual dengan harga bervariasi antara Rp 15 juta hingga Rp 25 juta. Karya termahal yang pernah dia dapat adalah ‘Tanah Lot’ yang dilepas dengan harga Rp 30 juta. dit