Melukai Jari Orang yang Diduga Terkena Stroke Bisa Jadi Solusi Penyembuhan, Fakta atau Mitos? Dokter Bambang Punya Pendapat Seperti Ini

Dokter Bambang Kusnardi SpS (kanan berkacamata) sedang memeriksa pasien yang juga alumnus SMAN 5 Surabaya di acara Reuni Perak.

iniSURABAYA – Menusuk jari sehingga berdarah bisa menyembuhkan gejala stroke. Asumsi ini dipastikan hanya mitos dan bahkan hoax oleh dr Bambang Kusnardi SpS.

Saat ditemui di acara Reuni Perak alumni Smalabaya ’93, Minggu (14/10/2018) siang, Bambang menegaskan bahwa tidak ada korelasi antara menusuk jari atau bagian tubuh lainnya pada seseorang yang diduga mengalami gejala stroke dan solusi penyembuhan.

Bacaan Lainnya

“Kalau itu dilakukan justru berbahaya. Jika terjadi infeksi pada diri pasien akibat tusukan benda tajam itu, pasti membawa dampak buruk lainnya,” tegas Bambang kepada iniSurabaya.com.

Bambang yang juga alumnus SMA Negeri 5 Surabaya ini pun menepis anggapan menusuk jari pada seseorang yang diduga terkena stroke sebagai upaya melancarkan peredaran darah yang bersangkutan. “Yang menggumpal dan terjadi penyumbat kan darah di otak,” begitu sergahnya.

Bambang menduga tindakan menusuk jari seseorang yang diduga stroke itu hanya untuk mengalihkan rasa sakit. “Sehingga pasien terkonsentrasi di rasa sakit pada jari, tetapi gejala stroke tetap ada,” tandasnya.

Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya ini lalu memberi tips pengenalan gejala awal stroke. “Harus ada unsur tiba-tibanya,” papar Bambang.

Diantaranya adalah, mendadak lemas separo badan, kesemutan separo badan, mendadak pelo, mendadak bingung atau mendadak lupa. “Mendadak tidak bisa bicara juga punya kemungkinan kuat gejala awal stroke,” cetusnya.

Jika hal itu terjadi, lanjut Bambang, yang bersangkutan harus segera dibawa ke rumah sakit agar langsung dapat penanganan. “Stroke tidak bisa diprediksi, karena kejadiannya selalu mendadak,” imbuhnya.

Saat menangani pasien dengan kasus gejala stroke ini, dokter pun langsung melihat latar belakang pasien. “Seperti darah tinggi dan kencing manis jadi faktor risiko atau pemicu terjadinya stroke,” ucap Bambang.

Tingkat keberhasilan terapi penyembuhan pada pasien dengan kasus stroke ini, diakui Bambang, tergantung berapa lama yang bersangkutan mendapat penanganan dokter. “Golden periode-nya 4-6 jam. Kalau penanganan dilakukan dalam waktu itu, pasien masih bisa dipulihkan dari kemungkinan stroke. Jadi untuk meringankan gejala (stroke), pasien harus segera dibawa ke rumah sakit,” katanya.

Pola makan dan pola hidup tidak sehat, ditekankan oleh Bambang jadi penyebab utama stroke menyerang mereka di usia yang makin muda. “Dulu stroke rawan terjadi pada mereka yang berusia 50 tahun. Sekarang sudah lebih muda. Usia 25-30 tahun sudah terkena stroke,” ungkapnya.

Pola makan yang tidak sehat itu, kata Bambang, diantaranya adalah mengonsumsi banyak makanan berlemak. “Kurang olahraga dan rokok juga semakin mempermudah timbulnya stroke,” ujarnya.

‘Reuni Perak ‘93’ ini juga menghadirkan dr Lydia Nuradianti SpM yang membahas ‘Pencegahan terhadap Glaukoma’, dan dr Abraham Ahmad AF SpJP mengungkap soal ‘Mengenal Jantung Koroner’. Bakti sosial dalam rangka reuni tersebut juga diisi dengan pemeriksaan kesehatan gratis. dit

Pos terkait