
iniSURABAYA – Setiap manusia pasti akan menjalani ‘misteri nasibnya’ sendiri-sendiri. Begitu pula Louisa Zais. Meski sempat menggeluti musik sejak usia 9 tahun, sulung dari dua bersaudara ini sempat merasakan ketidaknyamanan dalam bermusik.
Padahal di dunia musik, Louisa sempat menggelar konser berskala besar di Grand City Mall pada tahun 2012. Ketika itu, Louisa dengan 12 piano di atas panggung memukau sekitar 1.500 penonton dalam pementasan tersebut.
“Tapi saya merasa give up. Di usia saya yang 22 tahun saya merasa tak puas atas kemampuan saya bermusik,” tandasnya. Dan Louisa pun mengalihkan perhatiannya pada dunia rancang busana.
Di bidang yang baru ini merek Ribbonacci yang dia pakai untuk busana-busana kreasinya bahkan sempat melejit di kalangan penikmat fashion pada kisaran tahun 2012. Hingga di satu titik langkahnya, pada tahun 2016 Louisa merasakan dorongan untuk meninggalkan kampung halamannya dan pergi ke Melbourne, Australia.
“Entah kenapa, saya tiba-tiba merasakan harus pergi ke sana (Melbourne). Saya tegaskan pada diri sendiri tak akan kembali (ke Indonesia) sebelum memperoleh jawabannya,” katanya saat ditemui iniSurabaya.com usai tampil di sebuah acara di Shangri-La Hotel Surabaya, Minggu (11/11/2018).
Tuhan pun memberikan jawaban pada Louisa. Di tengah latihan di Studio 705 yang ada di Universal School of Music, Melbourne, Louisa mendadak mendapat tawaran pekerjaan.
”Saya dipercaya menjadi song writer, music producer, dan mentor di studio itu,” ungkap gadis kelahiran Surabaya, 9 April 1990 ini.
Tawaran pekerjaan itu sempat membuat Louisa tidak yakin. Tapi seiring perjalanan waktu, musisi yang sudah merilis mini album ini menyadari kemampuannya memang sangat diperlukan bagi warga Negeri Kanguru yang benar-benar ingin menimba ilmu darinya.
Di saat luangnya, Louisa yang saat kecil dijuluki ‘musisi ajaib’ lantaran kemampuannya memainkan musik hanya dengan sekali mendengarkan satu komposisi tertentu ini masih sempat merilis tiga single. ‘Christmas Miracle’, ‘I’m Dreaming’, dan ‘2915 Miles’. dit