
Dr Sandy Wahyudi DSW, Founder of Connectpedia sedang menjawab pertanyaan peserta acara Strategic Business Outlook 2019 yang digelar di Ganesha Room, Lenmarc Mall Surabaya.

Dr Sandy Wahyudi DSW, Founder of Connectpedia (berdiri) sedang menjawab pertanyaan peserta acara Strategic Business Outlook 2019 yang digelar di Ganesha Room, Lenmarc Mall Surabaya.
iniSURABAYA – Di era serba digital, penggunaan Artificial Intelligent (AI) dan Financial Technology (fintech) tak bisa dielakkan dalam berbisnis. Bisnis akan sulit berkembang jika para pelaku usaha tidak menggunakannya dan tetap kukuh dengan cara-cara konvensional.
Dalam kondisi ini yang harus diwaspadai adalah fungsi sales yang dapat dilakukan oleh AI. “Bukan tidak mungkin 10-15 tahun lagi sales akan mati, kecuali mereka mau bertransformasi menjalankan fungsi human relationship yang tidak dapat digantikan oleh AI,” tegas Ario Bayu, Director of Zero One, Sabtu (17/11/2018).
Hadir sebagai narasumber di acara Strategic Business Outlook 2019 yang digelar di Ganesha Room, Lenmarc Mall Surabaya, Ari yang usahanya bergerak di bidang IT Consultant ini kemudian menyontohkan Kodak dan Nokia yang seharusnya dapat bertahan jika mereka riding the wave.
Saat terjadi gelombang digitalisasi, termasuk untuk teknologi fotografi dan perangkat komunikasi, mereka justru lebih fokus mengembangkan teknologinya sendiri daripada mengikuti gelombang perubahan yang datang.
“Akibatnya, kedua brand besar ini tergulung gelombang besar di era disrupsi ini,” ungkapnya.
Menurut Ario Bayu, kesalahan yang sering dilakukan pebisnis saat ini adalah bagaimana mereka menyikapi teknologi. Mereka menempatkan teknologi sebagai tujuan, bukan alat dalam berbisnis.
Padahal, digitalisasi dapat melejitkan bisnis mereka jika para pebisnis menjalankan bisnisnya tidak semata-mata dengan sekadar menggunakan IT, melainkan benar-benar menguasai teknologi itu dan menjalankan keseluruhan bisnisnya dengan berbasis IT.
Perlunya waspada terhadap disrupsi gelombang kedua ini juga ditekankan oleh Dr Sandy Wahyudi, founder Connectpedia.id. Pria yang akrab disapa DSW ini menegaskan, jika sebelumnya para pebisnis beramai-ramai memasuki dunia digital marketing yang mengakibatkan disrupsi besar-besaran, saat ini pebisnis sudah tergiring ke era disrupsi gelombang ke dua
“Artinya, berbisnis secara O2O (online to offline, offline to online) menjadi suatu keharusan,” tandasnya.
DSW pun mengingatkan bahwa perubahan perilaku pasar turut berpengaruh pada kelangsungan bisnis. Dapat dilihat bahwa saat ini hotel bertumbuh di mana-mana karena millennials lebih memilih untuk berjalan-jalan daripada menabung dan mengumpulkan banyak harta.
Perubahan perilaku ini membuat para pelanggan belakangan lebih menyukai konten-konten yang bagus dan menarik daripada promosi. Selain itu, kreativitas mutlak harus ditingkatkan karena orang-orang kini mencari sesuatu yang berbeda.
Yang tak kalah penting, service kepada pelanggan haruslah otentik dan dilakukan dengan baik karena perlu adanya hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Itu mengapa pebisnis harus bisa memberikan produk dan layanan sesuai kebutuhan dan kesukaan pelanggan.

Tiga narasumber bersama peserta acara Strategic Business Outlook 2019 yang digelar di Ganesha Room, Lenmarc Mall Surabaya.
OVO Gandeng 150.000 Merchants
Yang menjadi perhatian banyak peserta dalam acara Strategic Business Outlook 2019 ini adalah keberadaan OVO yang dalam waktu singkat sudah menggandeng 150.000 merchants di seluruh Indonesia. Johnny Widodo, Director of OVO, menyampaikan bahwa OVO fokus pada kolaborasi.
Diakui, awalnya OVO memang masuk melalui mall-mall yang identik dengan perilaku pasar level atas. Kini OVO merangkul pelaku bisnis menengah ke bawah. Mereka yang ada di level ini diantaranya yang bergerak di bidang UMKM, termasuk para pedagang kaki lima (PKL).
Kini OVO juga menggandeng perusahaan besar seperti Tokopedia dan Grab yang membawa peningkatan secara signifikan terhadap jumlah penggunanya, selain bekerjasama dengan jaringan-jaringan bisnis lainnya.
“Financial technology masih seksi pada 2019 hingga beberapa tahun mendatang karena cashless money sudah menjadi bagian hidup masyarakat saat ini,” ujar Johnny. dit