iniSURABAYA – Hotel Majapahit Surabaya menerima sertifikat dan penanda sebagai bangunan cagar budaya nasional dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Penyerahan sertifikat dan penanda itu dilakukan pada acara Kampanye Pelestarian Cagar Budaya di Gedung Oudetrap, Kawasan Kota Lama, Semarang, Rabu (1/11/2018)
Pemberian status cagar budaya ini memang bukan yang pertama. Sebelumnya hotel bintang lima di Jl Tunjungan Surabaya ini mendapat plakat cagar budaya dari Pemkot Surabaya.
Acara yang berlangsung pada tanggal 30 Oktober-1 November 2018 ini dimaksudka agar registrasi nasional cagar budaya dan kebijakan pelestarian cagar budaya dapat tersosialisasi ke masyarakat, termasuk para stakeholder.
“Ini merupakan momentum yang sangat baik. Selain untuk melestarikan cagar budaya tapi juga untuk menambah objek cagar budaya kedepannya,” kata Thomas Evrard, General Manager Hotel Majapahit Surabaya dalam rilisnya yang dikirimkan ke redaksi iniSurabaya.com, Rabu (8/11/2018).
Thomas lalu memapar perjalanan hotel legendaris tersebut. Hotel yang sebelumnya diberi nama Hotel Oranje ini dibangun pada tahun 1910 oleh Lucas Martin Sarkies. Sarkies bersaudara adalah pebisnis asal Iran yang membangun usaha perhotelan di Asia Tenggara pada akhir abad ke-19, termasuk Raffles Hotel di Singapura pada 1887.
Ketika pada tahun 1942 Jepang mengambil alih kependudukan, hotel itu berganti nama menjadi Hotel Yamato. Tepat pada tanggal 19 September 1945 terjadi insiden perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato menjadi bagian catatan sejarah penting bagi Kota Surabaya.
“Untuk mengenang peristiwa heroik tersebut, kini ribuan orang terlibat dalam drama teatrikal di depan Hotel Majapahit,” ujar Sabrina Dian Utami, Promotion & Communications Executive Majapahit Hotel Surabaya menambahkan.
Untuk memahami mengenai ‘isi’ hotel bersejarah tersebut, manajemen Hotel Majapahit menyediakan hotel tour dengan harga Rp 85.000++/orang. Selanjutnya tamu bisa mengunjungi sejumlah tempat di area Hotel Majapahit, seperti kamar no 33 atau kamar Merdeka yang pernah menjadi tempat perundingan WVCh Ploegman, Residen Soedirman dan Roeslan Abdulgani.
Juga koleksi beberapa foto sejarah hotel maupun Surabaya, Balai Adika ballroom, Café 1910, dan North Garden. “Yang juga unik adalah Presidential Suite, yaitu kamar terluas se-Asia Tenggara,” papar Sabrina.
Menurut Sabrina, Presidential Suite ini luasnya 806 sqm. Pengunjung bisa pula mengunjungi tempat perobekan bendera dan diakhiri dengan refreshment kopi atau teh serta kue sebagai penutup. dit