iniSURABAYA – Sosok Sarip Tambak Oso tentu tak asing bagi warga Kota Surabaya maupun Sidoarjo, khususnya penggemar cerita-cerita rakyat. Aksinya sebagai pencuri di kalangan orang kaya dan membagikannya untuk orang miskin sering diidentikkan sebagai ‘Robin Hood’-nya Indonesia.
Meski sering mencuri di di rumah-rumah orang Belanda, saudagar kikir, dan para lintah darat, Sarip ternyata punya sikap sangat terpuji. Dia sangat menghormati ibundanya.
Selain nilai patriotisme, filosofis magis antara ibu dan anak inilah yang ingin disampaikan lewat pementasan ludruk berjudul ‘Sarip Tambak Oso’ yang bakal disajikan di Tobong Ludruk THR Surabaya.
Pertunjukan ludruk hasil kolaborasi seniman ludruk yang tergabung di Irama Budaya Sinar Nusantara bersama para pelajar SMP Negeri 28 Surabaya ini disuguhkan selama dua hari berturut-turut, Rabu-Kamis (5-6/11/2018) pukul 13.00.
“Kami ingin mengingatkan generasi muda mengenai sosok berjiwa luhur macam Sarip Tambak Oso ini. Sebagai pemuda di jamannya, Sarip tetap setia pada keluarga, terutama ibunya,” kata Meimura yang dalam pementasan tersebut bertindak selaku programmer.
Menurut Meimura, Sarip yang tak lepas dari aktivitas mengaji ini dikenal suka melakukan perlawanan terhadap kolonial yang sering memaksakan pajak terhadap warga pribumi. Dan dalam aksinya melakukan perlawanan atas ketidakadilan tersebut, Sarip selalu melakukannya seorang diri.
“Keteladanan Sarip inilah yang ingin kami sampaikan pada pelajar SMP sebagai wacana bela bangsa dan negara,” ujarnya.
Dalam pementasan yang disutradarai oleh Pakde Puruadi dan Cak Hengky kusuma tersebut, yang memerankan sosok Sarip Tambak Oso adalah Cak Solly, sedang Sriwahyuni SSN menjadi ibunya Sarip. Selain itu, juga didukung Cak Sutris sebagai Paidi, Cak Hengky Kusuma (Ndoro Mantri), dan Cak Kusnadi sebagai Lurah Gedangan.
Untuk peran Pak Kacung akan dibawakan oleh Pakde Puriadi, Arie Setiawan Ssos menjadi Sarinten, dan Ning Sari Ssn sebagai Saropah. Lawak akan dibawakan Cak Sabil, Cak Kempit, dan Cak Sapari.
“Cak Supardi dan kawan-kawannya tetap akan mengawal iringan musiknya,” ungkap Meimura.
Ludruk anak-anak Irama Budaya Sinar Nusantara akan membuka pergelaran ini dengan koor. Mereka menyanyikan dua lagu yaitu ‘Surabaya untuk Indonesia’ karya Meimura, dan ‘Suroboyo Kuto Pahlawan’ karya Nelwan Suboadi.
Yang menarik, sebelum menyaksikan pementasan ludruk di Tobong Ludruk THR Surabaya, murid-murid SMPN 28 Surabaya ini akan wisata sejarah ke beberapa destinasi di Surabaya. “Salah satunya ke Museum Tugu Pahlawan,” tutur Meimura.
Diakui Meimura, pementasan ludruk selama dua hari itu tak lepas dari upaya untuk menjaga eksistensi ludruk di Kota Surabaya. “Dan anak-anak, khususnya pelajar ini adalah masa depan kami,” tegasnya. dit