
ILUSTRASI - Limbah sabun (ist)

iniSURABAYA – Menurut laporan Diversey, salah satu pelopor dalam teknologi kebersihan dan sanitasi, setiap tahunnya sebuah hotel dengan 400 kamar akan memproduksi sebanyak 3,5 ton limbah sabun.
Sementara itu, Ocean Conservative Report yang diterbitkan pada tahun 2017 juga menemukan bahwa Indonesia, China, Filipina, Thailand dan Vietnam membuang lebih banyak plastik ke lautan dari daratan, dari gabungan seluruh dunia.
Bertolak dari fenomena yang memprihatinkan itu pula Meliá Hotels International, jaringan hotel dari Spanyol menerapkan berbagai upaya untuk mengurangi limbah sabun dan plastik yang dihasilkan oleh properti mereka. Salah satunya adalah program Soap for Hopeyang berkolaborasi dengan Diversey.
“Poyek ini pertama kali diinisiasi di berbagai properti Meliá Hotels di seluruh dunia, termasuk Meliá Purosani di Yogyakarta pada akhir tahun 2017 lalu,” ungkap Jeronimo Molina, General Manager Meliá Purosani.
Jeronimo lalu memapar data, saat ini Meliá Hotels International memiliki delapan properti dengan total 1,847 kamar di Indonesia. “Secara keseluruhan limbah sabun setiap harinya yang dihasilkan sekitar 22 kilo,” urai Jeronimo dalam rilis yang dikirimkan ke redaksi iniSurabaya.com.
Sebagai respon dari isu lingkungan yang kritis ini, perusahaan properti ini mengajak staf dan para tamu hotel untuk mendaur sabun yang tersisa menjadi sabun baru yang kemudian didistribusikan kepada komunitas lokal serta dijual sebagai suvenir.

Pendapatannya, lanjut Jeronimo, akan didonasikan untuk kegiatan dan yayasan sosial. Sampai hari ini, sebanyak tujuh properti Meliá terlibat aktif dalam program ini dan telah menghasilkan sebanyak lebih dari 110.800 batang sabun dari 13,3 ton limbah, membuat jumlah penerima manfaat melebihi 9.800 orang.
“Program Soap for Hope menggambarkan nilai yang kami junjung untuk perubahan dan perkembangan lingkungan, terlebih lagi setelah properti kami menerima EarthCheck Gold Certification, salah satu klasifikasi hotel kelas dunia,” tandasnya.
Jeronimo menekankan langkah tersebut perlu dilakukan karena meyakini sampah sabun maupun sampah plastik dari bisnis property ini akan terus meningkat seiring terus bertambahnya jumlah hotel, khususnya di Indonesia. “Didorong industri kepariwisataan yang semakin meluas, pertumbuhan hotel di Indonesia tergolong paling cepat dibanding jenis industri lainnya,” urainya.
Pada Februari 2017 Indonesia menempati posisi ke-dua di Asia Pasifik sebagai negara dengan perkembangan hotel paling banyak, dan menurut riset global STR akan memiliki tambahan sebanyak 300 properti dengan 55,000 kamar baru dalam pasar.
Dua destinasi pariwisata paling berkembang di Indonesia yaitu Jakarta dan Bali diprediksi telah memiliki tambahan sebanyak 2,488 dan 2,530 kamar baru pada tahun 2018, sesuai laporan dari Collliers International pada kuartal pertama 2018.
“Dengan kondisi ini, maka jumlah limbah dan sampah yang dihasilkan juga bertambah, menyebabkan dampak lingkungan yang dapat dirasakan secara nyata,” tuturnya. dit