
Murakami Emiko, Direktur Asian Center for Low Carbon Society.

Murakami Emiko, Direktur Asian Center for Low Carbon Society.
iniSURABAYA – Kitakyushu pernah bergelut dengan masalah limbah terparah di tahun 1960 silam. Kini kota di Prefektur Fukuoka, Jepang itu telah berubah sepenuhnya menjadi kota yang ramah lingkungan.
“Berkat pengalaman buruk itulah, Kitakyushu bertekad membantu Surabaya menjadi kota yang bebas limbah di masa yang akan datang,” kata Murakami Emiko, Direktur Asian Center for Low Carbon Society kepada iniSurabaya.com, Selasa (11/12/2018).
Ditemui usai acara Simposium Indonesia-Japan Business & Technology ke-lima yang diadakan di Shangri-La Hotel, wanita yang akrab dipanggil Emiko ini menyatakan dengan antusias beberapa proyek kerjasama Kitakyushu yang sedang berjalan dengan beberapa kota di Indonesia dalam bidang pengelolaan limbah.
“Kota Kitakyushu menjalin banyak kerjasama di berbagai negara di Asia, di Indonesia sendiri ada 33 proyek yang sedang dalam proses dan tersebar di beberapa kota,” tegasnya.
Namun, lanjut Emiko, proyek kerjasama dengan Surabaya paling banyak disbanding daerah lainnya. “Di Surabaya ada sektiar 21 proyek,” cetusnya.
Tingginya jumlah proyek yang dikerjakan di Surabaya ini, diakui Emiko, berkat dorongan Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya. “Mengapa jumlah proyek kerjasama dengan kota Surabaya sangat signifikan dibandingkan dengan kota-kota lain? Ini karena antusiasme dan perhatian dari bu Risma terhadap lingkungan hidup dan pengelolaan limbah memang sangat tinggi,” katanya.
Emiko lalu memapar asal mula terbentuknya kerjasama Kitakyushu dengan Surabaya sehingga hubungan kedua kota antar negara ini disebut sebagai Green Sister City. Diakui Emiko, kesepakatam kerjasama itu terjadi di Brasil pada tahun 1992 saat keduanya mendapat penghargaan pemerintahan lokal terbaik oleh PBB.
“Baru di tahun 1997 kedua belah pihak menandatangani Joint Declaration of The Kitakyushu Conference on Environmental Cooperation Among Cities in the Asian Region,” imbuhnya.
Diantara sekian banyak proyek yang sedang dijalani, Kitakyushu dan Surabaya kini sedang fokus dalam meningkatkan pengelolaan limbah medis. Dengan menggandeng perusahaan pengelolaan limbah asal Jepang, Nishihara, serta bantuan dari JICA, proyek yang akan digarap pada awal tahun 2019 tersebut bertujuan untuk mewujudkan dan mengembangkan Less Carbon City di Surabaya.
Lebih lanjut Emiko menambahkan bahwa dirinya memang sering datang ke Surabaya untuk survei dan peninjauan. “Saya sudah 20 kali datang ke Surabaya, dan saya tidak sabar untuk kembali ke Surabaya lagi bulan depan untuk meninjau program pengelolaan limbah medis bersama bu RIsma,” urai Emiko dengan penuh antusias. sum