iniSURABAYA – Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya mengklaim daya beli masyarakat Surabaya mengalami lonjakan besar dalam enam tahun terakhir. Mereka yang berada di kelompok berdaya beli rendah sekitar 34 persen pada tahun 2010 menyusut hingga menjadi delapan persen pada tahun 2016.
Sebaliknya, di level daya beli tinggi yang ada di angka 13 persen pada tahun 2010, melonjak jadi 41 persen pada tahun 2016. “Yang 8 persen itu termasuk orang gila, juga lansia yang tinggal di Panti Werdha, gimana caraku menekan?” ujarnya.
Ditemui usai menjadi narasumber di acara ‘Seminar Nasional Membangun Kemitraan yang Berkelanjutan untuk Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan’ (Sustainable Development Goals) di Ballroom Hotel Shangri-La Surabaya, wanita yang akrab disapa Risma ini tak menepis bahwa yang dia lakukan dalam 10 tahun kepemimpinannya itu masih belum sempurna.
“Tetapi kita akan terus sempurnakan,” tegas lulusan SMA Negeri 5 Surabaya ini.
Menurut Risma, keberhasilan tersebut tak lepas dari partisipasi seluruh warga Kota Surabaya. “Banyak orang mengira (sukses) ini karena besarnya APBD yang dimiliki Surabaya, itu tidak betul. Percuma anggaran besar jika masyarakat tidak ikut terlibat dalam upaya meningkatkan taraf kesejahteraan warga kota,” tandasnya.
Risma menekankan, karena pihaknya bisa menggandeng masyarakat, maka biaya yang dikeluarkan jadi lebih murah. “Yang terjadi di Surabaya adalah pemkot bekerjasama dengan masyarakat. Kalau omong Surabaya duitnya banyak nggaklah,” imbuhnya.
Wujud partisipasi yang dilakukan warga Kota Surabaya, lanjut Risma, antara lain dalam bentuk urban farming, dan kebersihan lingkungan. “Masyarakat Surabaya bahu membahu membantu dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat lainnya. Daerah lain jarang yang punya seperti itu,” urainya.
Risma lalu menyatakan dirinya memberi dorongan penuh pada anak-anak muda yang kreatif sehingga bisa menjadi ‘pejuang’ bagi dirinya maupun lingkungannya. Untuk menjadi ‘pejuang’ itu, pihaknya memberi kegiatan pelatihan sehingga dapat mandiri.
Hasilnya? “Sekarang mereka ada yang omsetnya Rp 30 juta sehari. Kalah gaji wali kota. Saya jadi nyesal. Harusnya saya jadi mereka saja biar bisa kaya,” katanya yang disambut tawa peserta seminar.
Seminar yang diselenggarakan PTT Exploration and Production (PTTEP), dan Universitas Trisakti, serta MM-Sustainability berlangsung selama dua hari, Kamis-Jumat (13-14/12/2018). Sebagai bagian acara, PTTEP menyerahkan donasi senilai Rp 30 juta yang diperoleh dari uang pendaftaran kegiatan tersebut kepada Social Enterprise Dompet Dhuafa. dit