
iniSURABAYA – Mahfud MD, Ketua Suluh Kebangsaan mengajak seluruh masyarakat Indonesia agar menikmati Pemilu benar-benar sebagai pesta demokrasi. Dan setiap pesta tentu sangat menyenangkan.
Karena, menurut Mahfud, tidak ada sesorang yang menikmati makanan di sebuah pesta, ketika pulang semuanya sakit perut. “Pesta itu ya, pilih sendiri caleg ini, caleg itu, capres ini, capres itu, makanlah ibarat pesta,” tegasnya di acara ‘Dialog Kebangsaan Seri VIII : Meneladani Patriotisme Arek Suroboyo Bagi Indonesia Emas 2045’ di Stasiun Gubeng, Surabaya, Kamis (21/2/2019).
“Nanti ketika sudah pulang perut kita enak dan kita rukun kembali sebagai bangsa. Karena pada dasarnya, pemilu itu untuk memilih pemimpin bersama,” tandasnya.
Ditekankan Mahfud, memilih calon
pemimpin adalah hak eksklusif yang diberikan konstitusi kepada warga. “Gerakan
kita ke sana, mengajak untuk memilih siapa saja. Pilih, pilih, pilih. Pokoknya
pilih,” ujar Mahfud.
Namun Mahfud melihat ada fenomena terbelahnya masyarakat antara kubu pasangan calon nomor urut 01, Jokowi-Ma’ruf Amin, dan kubu pasangan calon nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Kondisi ini dikhawatirkan, bisa membahayakan demokrasi di Indonesia. Berita hoaks yang terus diproduksi oleh pihak-pihak yang ingin mengadu domba rakyat juga bisa menggerus partisipasi publik pada Pemilu 2019.
Sebagian masyarakat yang jengah dengan pertikaian kedua kubu, tak jarang membuat keputusan untuk tidak memilih alias golput pada pemilu nanti.
Karena itu pula, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini mengajak publik untuk tidak golput pada Pilpres 2019 mendatang. “Jangan sampai golput. Karena golput itu akan merugikan kebaikan!” serunya.
Pria kelahiran Sampang, Madura ini menambahkan,”Golput itu biasanya dilakukan aktivis karena calon-calon yang dihadirkan (dianggap) tidak baik. Lalu bilang, ‘saya golput saja.’ Nah itu rugi.”
Mahfud menyatakan, gerakan golput yang didengungkan sebagian kelompok itu harus dihindari. Menurut dia, golput tidak akan menghasilkan kebaikan. Ia mendorong agar masyarakat tetap menggunakan hak pilihnya.
Sebab, kata Mahfud, apabila gerakan golput ini terus berkembang, calon pemimpin yang akan terpilih adalah calon yang lebih jelek. “Yang terpilih pasti yang lebih jelek. Nah, kalau golput tidak ada, semua menggunakan hak pilihnya (akan berbeda). Pilihlah yang terbaik dari yang ada,” ungkap Mahfud. dit