Empat Musisi Kemuning Hibur Pengunjung Lenmarc Mall, Kolaborasikan Musik Klasik dan Pop

Musik klasik khas Tiongkok menghibur pengunjung Lenmarc Mall Surabaya.

iniSURABAYA – Suasana Tahun Baru Imlek begitu terasa ketika masuk di area Lenmarc Mall Surabaya. Lantunan musik klasik khas Negeri Tirai Bambu mengalun lembut dan kian nyaring ketika pengunjung naik ke arium pusat perbelanjaan tersebut.

Diantara lagu Mandarin yang cukup akrab di kalangan masyarakat China yaitu Tian Mi Mi. “Lagu ini bikin terkenang masa muda dulu. Kalau pas rayakan Imlek bareng keluarga besar ada saudara yang main piano lagu ini,” ujar Shintya, salah seorang pengunjung Lenmarc Mall.

Bacaan Lainnya

Siang itu, Shintya mengantar dua anaknya berbelanja di lantai dasar pusat perbelanjaan di kawasan Surabaya Barat tersebut. Begitu mendengar ada permainan musik klasik, dirinya spontan tertarik untuk menikmati langsung dari dekat.  

Pengakuan yang sama dilontarkan Lilik. Nenek tiga orang cucu ini mengaku dirinya sudah menikmati permainan musik tradisional itu sejak awal show.

“Tadinya hanya mau jalan-jalan. Kebetulan ada teman ulang tahun ajak makan ramai-ramai di sini tadi. Setelah dengar ada permainan musik klasik jadinya nggak ingin geser kemana-mana,” tuturnya.  

Lilik menambahkan,”Musik klasik kan iramanya berbeda dengan lagu baru. Ada rasa menenangkan kalau di dengar.”  

Pertunjukan musik klasik untuk memeriahkan Tahun Baru Imlek itu sudah berlangsung sejak Jumat (1/2/2019). Setiap hari ada empat musisi yang tampil mulai pukul 15.00 hingga 18.00.

Hanya pada saat hari libur, seperti Minggu (3/2/2019) dan Selasa (5/2/2019) permainan musik berlangsung siang pukul 12.00-15.00.  

Personel kelompok musik Kemuning yang tampil menghibur pengunjung adalah Meyta yang memainkan Guzheng, Sun Sun menggesek Erhu, Michelle yang memetik Pipa China, dan Carel memegang Keyboard. Mereka tampil selama tiga jam penuh membawakan sepuluh hingga dua belas komposisi setiap sesinya.

“Meski berasal dari kelompok musik tradisional dengan base orchestra, kami sengaja menyajikan musik campuran, yaitu musik klasik dan pop tahun ‘70-an,” kata Sun Sun.

Alasannya, lanjut Sun Sun, karena jenis musik pop lebih familiar di telinga masyarakat. “Karena kami mengikuti selera pasar Indonesia. Yang masih banyak yang kurang menikmati musik klasik, jadi kami padukan dengan lagu-lagu pop sehingga yang mendengarkan bisa mampir dan enjoy menyaksikan,” ungkapnya.

Menurut Sun Sun, alunan musik yang dihadirkan dari instrumen musik tradisional memiliki warna khas. Petikan-petikan irama dari alat musik guzheng yang menyatu dengan pipa China dan suara erhu berhasil menyajikan musik mandarin dengan nuansa Tiongkok yang sudah jarang terdengar. dit

Pos terkait