iniSURABAYA – Selasa, (5/2/2019) sore suasana di lantai 23 Hotel Gunawangsa Manyar Surabaya tampak riuh tak seperti biasanya. Bebunyian alat musik bersahutan diiringi monolog yang dilontarkan oleh dalang saat mengantar cerita di panggung Wayang Potehi.
Panggung yang ada di acara tersebut sangat lah tidak besar. Hanya sekitar 50×100 cm dengan ketinggian lebih dari satu meter. Di panggung yang berlatar warna merah menyolok itu sejumlah tokoh bergantian tampil diperagakan dalang Widodo dan asistennya.
Sementara di hadapan panggung, para pengunjung yang sedang merayakan pesta Tahun Baru Imlek, terlihat serius menyimak alur cerita yang dibawakan dalang Widodo.
Ditemui iniSurabaya.com sesaat sebelum pentas, Widodo tak menepis tak mudah untuk mempertahankan kesenian Wayang Potehi. Meski begitu, di tengah berkembang pesatnya teknologi digital, seni tradisional tetap berusaha terus mempertahankan diri.
Para seniman Wayang Potehi Indonesia yang berpusat di Gudo, Jombang ini tetap menjaga keutuhan pementasan sehingga bisa menghibur penontonnya.
“Tantangan memang berat. Padahal pementasan Wayang Potehi sekarang sudah lebih luas daripada dulu,” ungkap Widodo, dalang Wayang Potehi Indonesia.
Widodo menegaskan,”Ada atau nggak ada penonton, jika memang sudah diminta tampil saya dan kawan-kawan akan tetap profesional menyajikan cerita yang sudah disiapkan.”
Masa sulit yang dihadapi para seniman Wayang Potehi seperti sekarang bukan hal baru bagi Widodo dan kawan-kawannya. “Dulu, selama tiga tahun dari tahun 1997 sampai 2000 malah nggak boleh pentas. Baru di jaman Presiden Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid), kami boleh tampil lagi,” ungkapnya.
Widodo maklum, di jaman modern seperti sekarang orang mudah mencari alternatif hiburan. “TV tinggal pencet remote acaranya macam-macam. Juga dari HP (telepon seluler) gampang dapat hiburan,” imbuhnya.
Meski begitu Widodo tetap akan mempertahankan kesenian Wayang Potehi. “Kondisinya kan sama seperti kesenian lain, wayang orang atau ludruk. Tapi, bagaimana pun saya akan bertahan di sini (sebaga dalang Wayang Potehi),” tegasnya. dit