Sebut Musisi Milenial Punya Gerakan Kayak Kodok, Andre Hehanusa Ingatkan Konsekuensi Ini

Andre Hehanusa saat jam session bareng musisi Fusion Jazz Community di The Central Mall Surabaya, Kamis (14/2/2019).

iniSURABAYA – Berkembangnya teknologi digital belakangan memberi dampak besar dalam perkembangan industri musik Tanah Air. Musisi generasi milenal makin mudah merambah pasar hanya dengan sekali klik aplikasi media sosial yang diinginkan.

Tetapi jika fenomena ini tidak dicermati dengan baik maka efek negatifnya adalah akan cepat pula membuat musisi muda itu tenggelam. “Itu seleksi alam. Mudah naik, akan mudah turunnya,” ujar musisi Andre Hehanusa kepada iniSurabaya.com, Kamis (14/2/2019).

Bacaan Lainnya

Ditemui sesaat sebelum tampil di acara ‘Intimate Jazz Love’ yang diselenggarakan di The Central Mall Surabaya, Andre mengakui adanya perbedaan cukup besar antara yang dia alami di tahun 1990an dan yang dijalani generasi sekarang.   

“Pada jamanku, ibarat orang sekolah itu melalui tahapan kelas 1, 2, 3, dan seterusnya. Tetapi anak sekarang penuh dengan lompatan kayak kodok,” cetusnya.   

Pemilik nama panjang Andre Ronal Benito Hehanussa Yance lalu memberi contoh, hanya dari kamar pribadi seseorang yang punya minat di bidang musik sudah bisa bikin karya. “Lalu chung….. (karyanya) muncul di sosial media. Muncul lagi, chung muncul di Om Google. Melompat lagi, chung sudah tampil di YouTube,” urainya sambil tangannya mengekspresikan gerakan lompatan-lompatan.

Andre Hehanusa saat tampil berbagi pengalaman bersama musisi muda Surabaya di The Central Mall Gunawangsa Tidar bersama Hendra Tirtayasa, GM The Central Mall (kiri) dipanduk Ucok, pentolan FJazzC.

Hanya dengan aksi seperti itu, lanjut Andre, seseorang sudah menghasilkan miliaran rupiah. “Contoh nyata Via Vallen. Ini hasil lompatan-lompatan berharga yang anak jaman dulu tidak temukan,” tegasnya.  

Penyanyi yang melejit lewat lagu ‘Kuta Bali’ ini kemudian membandingkan dengan perjalanan yang dia alami dan rekan-rekan musisi di eranya.    

“Dulu harus dari kampung, lewat RT, RW, pergi ke desa lalu ke kota. Di kota perjalanan puluhan tahun ketemu teman-teman musisi baru dapat jalan ketemu orang radio, orang TV, kalau nggak orang label,” tuturnya.

Di tahap itu pun, kata Andre, si artis masih belum aman karena tetap menjalani tahapan demi tahapan. “Orang dulu penuh perjuangan. Untuk mencapai (kesuksesan) tidak mudah. Tetapi turunnya juga lama,” ucapnya.   

Agar popularitas di industri musik tidak cepat redup, Andre memberi tips. “Kalau punya peran ‘A’, jangan puas hanya di situ. Seseorang nggak harus punya satu basic. Dia juga harus punya kemampuan lain,” imbuhnya.

Musisi kelahiran Makasar ini kembali memberi contoh,”Kalau saya dulu bisa bikin paduan suara, bisa bikin backing vocal, juga bisa bikin aransemen sendiri.”

Banyaknya kemampuan yang dimiliki ini, diyakini Andre bisa membuat seniman atau musisi itu bisa bertahan dari segala guncangan industri musik yang memang dinamis. dit

Pos terkait