Waacking Lahir di Klub, Gerakannya Bisa Dipadukan dengan Musik Tradisional

iniSURABAYA – Waacking berbeda dengan breakdance. Meski beberapa gerakan yang dilakukan mirip, dua tarian ini ‘lahir’ dari komunitas yang tidak sama.

“Waacking itu bukan streetdance. Waacking munculnya di klub,” kata Suzan Natanael, salah seorang pemrakarsa berdirinya Nusantara Waackers.

Bacaan Lainnya

Inti gerakan waacking lebih fokus pada gerakan tangan, pose tubuh, dan ekspresi wajah. “Gerakan ini intinya menginterpretasi lagu menggunakan tangan,” ujar Angelenzy yang juga motor di Nusantara Waackers.

Baca Juga : https://inisurabaya.com/2019/02/sempat-bengkak-karena-latihan-berlebihan-gadis-ini-tak-kapok-ikut-waacking/

Minggu (16/2/2019) petang itu Suzan Natanael dan Angelenzy sama-sama jadi juri ‘Love Is In the Air Hip Hop Battle Dance’. Kegiatan yang digelar Yello Hotel Jemursari Surabaya ini diikuti sekitar 60 peserta dari beberapa daerah, seperti Sidoarjo, Surabaya, Malang, dan juga ada yang dari Jakarta.

Menurut Suzan, waacking pertama kali dikenal masyarakat Los Angeles, Amerika Serikat. Dan baru pada tahun 2010 masuk ke Indonesia.

Meski berasal dari Barat, lanjut Angelenzy, musik pengiring gerakan waacking nggak harus irama-irama dari negeri Paman Sam itu. “Waacking bisa kolaborasi dengan musik tradisional kok,” cetusnya.

Perpaduan gerakan waacking dengan irama musik tradisional itu sudah dibuktikan lewat acara-acara yang mereka ikuti di sejumlah negara. “Kami pernah ikut acara di Singapura tahun 2016, dan di Jepang tahun 2018. Kami pakai iringan musik dari Bali,” ungkap Suzan.

Jadi, lanjut Angelenzy, komposisi lagu pengiring waacking bisa beragam. “Waacking dapat diiringi macam-macam musik, tergantung konsepnya,” tandas Angelenzy.

‘Love Is In the Air Hip Hop Battle Dance’ yang digeber hotel bintang 3 di kawasan Jl Jemursari Surabaya ini menghadirkan beberapa katagori kompetisi, yaitu Open Style, dan 7 To Smoke.

Sebagai bentuk dukungan kepada penderita kanker, para peserta dan panitia kompak menyematkan pita merah juga beberapa mengenakan pakaian berwarna merah maupun merah muda. Para peserta juga memberikan dukungan dengan menuliskan harapan dan semangat mereka di Wall Of Expression yang terdapat di area lobi.

“Dance atau menari ini kan salah satu wujud ekspresi yang universal, sehingga mudah dipahami. Dalam kegiatan ini juga kita ingin mengajak anak-anak muda untuk ikut peduli terhadap kanker dan menyalurkan semangat positifnya dengan baik,” ujar Ita Tania, General Manager Yello Hotel Jemursari. dit

Pos terkait