Adopsi Karya Desainer Kondang, Hasil Kreasi Mahasiswa Pendidikan Tata Busana Unesa Ini Diperagakan di Royal Plaza

Mahasiswa Pendidikan Tata Busana Universitas Negeri Surabaya memamerkan karya mereka di hadapan pengunjung Royal Plaza Surabaya, Jumat (5/4/2019).

iniSURABAYA.com – Menjiplak karya tak selalu berkonotasi negatif. Bagi mahasiswa Pendidikan Tata Busana Universitas Negeri Surabaya, mengadopsi karya desainer yang sudah kondang justru untuk mempelajari tingkat kesulitan dalam sebuah karya busana.

Karya hasil adaptasi itu pula yang kemudian diperagakan di panggung akbar di Craft Center Royal Plaza Surabaya. Jumat (5/4/2019). Sore itu sebanyak 78 mahasiswa semester 4 dari dua kelas memamerkan busana cocktail dan gala di hadapan pengunjung pusat perbelanjaan tersebut.

Bacaan Lainnya

“Mereka bebas memilih karya desainer terkenal, tetapi dalam aplikasinya harus bisa membuat dengan budget seminimal mungkin,” kata Dr Marniati SE MM, Dosen Penanggung Jawab S1 Pendidikan Tata Busana Universitas Negeri Surabaya (Unesa).

Marniati menyatakan, bahan-bahan yang dipakai misalnya lace local atau satin juga lokal. “Bahan yang mereka pakai tidak ada yang di atas Rp 300.000 atau Rp 400.000. Mungkin nggak percaya kalau ada yang pakai bahan seharga Rp 15.000,

tapi hasilkan baju yang begitu eksklusif. Ini karena mereka mengerjakan dengan ketelitian,” tegasnya.  

Ditekankan Marniati, kesempatan yang diberikan pada para mahasiswa untuk mengadaptasi karya desainer terkenal ini sekaligus memberi motivasi untuk terus berkreasi di bidang fashion.

“Sekarang di era digital mereka sering lihat busana-busana karya banyak desainer di internet. Tetapi bagaimana mewujudkannya? Tetapi setelah dicoba, hasilnya di luar dugaan. Memang memerlukan ketekunan dan ketelitian,” imbuhnya.

Menurut Marniati, proses yang dilakukan setiap mahasiswa sama, yaitu mengambil satu karya desainer, kemudian mereka melakukan analisis, perencanaan bahan-bahannya, lalu menentukan teknik pembuatannya.

“Setelah jadi pola lalu difitting kepada model. Fitting satu dua kali, baru ini finalnya,” urai Marniati.

Karena seleksi dilakukan sejak awal, lanjut Marniati, maka dia menjamin karya mahasiswa itu tidak ada yang sama. “Setiap mahasiswa mengambil 5-6 karya desain yang kemudian kami pilih sehingga masing-masing hanya bikin satu kreasi,” paparnya. dit

Pos terkait