iniSURABAYA.com – Mencuatnya kabar yang menyebutkan bahwa film ‘Ave Maryam’ kena babat Lembaga Sensor Film (LSF) ditepis Ertanto Robby Soediskam, sang sutradara film tersebut.
Pria yang akrab disapa Robby ini menandaskan, sejak awal durasi film yang memasang Chicco Jerikho dan Maudy Koesnaedi durasinya hanya 74 menit. Kalau pun pada akhirnya total durasi menjadi 73 menit, menurut Robby, karena dia sengaja membuang bagian-bagian yang dianggap tidak penting dalam rangkaian cerita sehingga bisa lebih fokus.
“Biasa kan selama syuting saya ambil banyak sudut. Tetapi setelah proses akhir, saya ingin film ini seluruhnya tentang Ave Maryam, jadi bagian-bagian yang ‘liar’ saya hilangkan,” tegasnya menjawab pertanyaan iniSurabaya.com, Senin (15/4/2019).
Ditemui di Meeting Room TS Suite Hotel Surabaya, Robby yang juga menulis skenario ‘Ave Maryam’ menyatakan, sejak awal dirinya tidak pernah melempar data bahwa film yang sudah tayang di sejumlah festival di luar negeri itu durasinya mencapai lebih dari 85 menit.
“Kasihan LSF-nya kalau sampai disebut memotong film ini segitu banyak. Karena faktanya tanpa sensor sama sekali,” tandasnya.
Robby juga menepis molornya pemutaran film ini lantaran terkait sensor LSF. “Film ini awalnya memang mendapat tanggal tayang 28 Maret, tetapi saya minta tanggal 11 April karena menurut saya itu tanggal yang bagus. itu aja alasannya,” ujarnya.
Lebih lanjut Robby memaparkan bahwa proses pembuatan film ‘Ave Maryam’ ini cukup panjang. “Proses syuting selesai akhir 2016. Tetapi secara keseluruhan baru tuntas awal 2018, karena perlu mengisi musik dan lain-lainnya,” ungkapnya.
Film ‘Ave Maryam’ mengangkat kisah Suster Maryam (Maudy Koesnaedi), biarawati yang bertugas mengurusi para suster-suster sepuh. Suatu malam oleh Romo Martin (Joko Anwar) ia diperkenalkan pada suster Monic (Tutie Kirana) sebagai penghuni baru susteran.
Suster Monic ditemani Romo Yosef (Chicco Jerikho). Suster Mila (Olga Lydia) sebagai penanggung jawab susteran menyambut gembira. Apalagi Romo Martin menjanjikan bahwa Romo Yosef akan mengajari bermain orkestra.
Keahlian Romo Yosef dalam bermain musik membuat Suster Maryam jatuh hati. Suster Monic sebagai suster yang sudah berpengalaman mencoba menasehati Romo Yosef, namun hasrat terus tumbuh.
Keduanya menjalin hubungan diam-diam. Suster Maryam menghadapi dua pilihan: bertahan pada kaulnya atau memilih Yosef. dit