
iniSURABAYA.com – Tidak dapat dipungkiri bahwa generasi milenial saat ini menjadi penggerak perusahaan. Mereka yang lahir pada rentang tahun 1981-1996 ini menjadi faktor penentu sukses tidaknya sebuah perusahan dalam 20 tahun mendatang.
Karena itu, perusahan perlu menjamin loyalitas karyawan milenial terhadap perusahaan dengan melalui pendekatan emosional.
“Indikator seorang karyawan memiliki ikatan emosional yang tinggi ke perusahaannya yakni ia merasa senang, mempunyai kebanggaan tersendiri saat bekerja di perusahaan tersebut, enjoy dengan pekerjaannya sehingga merasa berkontribusi, memberikan rekomendasi tempat kerjanya kepada rekan-rekan terdekat,” ujar Haryo Utomo, Founder & Managing Director Headhunter Indonesia, Kamis, (2/5/2019).
Tampil di acara Press Briefing ‘Mencegah Milenial Tak Cepat Resign dari Kantor’ yang diadakan di Sheraton Hotel Surabaya, Haryo kemudian mengutip survei Headhunter Indonesia 2018.
Dalam survey tersebut dinyatakan, setidaknya ada tiga prioritas utama yang harus dilakukan perusahaan di Surabaya dan Jawa Timur untuk bisa sukses merekrut dan mempertahankan karyawan milenial.
Pertama, perusahan harus dapat menciptakan lingkungan yang bersahabat baik di dalam kantor maupun di luar kantor. Memiliki hubungan seperti seorang sahabat dalam satu perusahaan membuat karyawan milenial akan merasa betah dan makin setia pada perusahaan.
“Membangun hubungan yang tidak kaku perlu dimulai dari level manajemen senior, supaya bisa menular dengan cepat pada seluruh karyawan,” ujar Haryo.
Cara kedua, yakni dengan menyediakan ruang untuk milenial berkarya dan memberikan yang terbaik. Karena mereka lebih tertarik pada ide-ide baru, dan cenderung menganggap pekerjaan yang monoton sebagai hal yang kurang menarik.
“Perusahaan harus bisa memberikan kesempatan bagi milenial mengembangkan karirnya dengan diberikan jenjang karier yang jelas,” lanjutnya.
Yang tidak kalah pentingnya, lanjut Haryo, yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah melibatkan dan menjadikan milenial sebagai bagian dari kesuksesan perusahaan. Karena karyawan milenial perlu merasa terlibat sebagai bagian penting dari perusahaan, dan ingin melihat hasil kerja mereka berdampak riil bagi kemajuan perusahaan.
“Manajemen harus mampu mengkomunikasikan dengan baik bagaimana perusahaan terbantu oleh pekerjaan yang dikerjakan oleh para milenial setiap harinya,” tambahnya.
Haryo juga mengungkapkan bahwa pembangunan kantor atau perusahan dengan menambahkn unsur interior playground tidak menjamin kaum milenial jadi betah bekerja di tempat tersebut.
Namun bila milenial diberi kesempatan berkontribusi maka milenial merasakan kontribusi itu untuk perusahaan tanpa melihat interior atau rupa bangunan dari kantor tempatnya bekerja. ita