
Budapest meninggalkan jejak keislaman yang menarik. Diantaranya adalah restoran dengan menu-menu halal ini.

iniSURABAYA.com | BUDAPEST – Hungaria, salah satu negara yang berada di kawasan Eropa Timur ini sejak tahun 2013 membuka kesempatan bagi mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan studi di jenjang master (S2) dan doktor (S3) melalui beasiswa Stipendium Hungaricum Scholarship dari pemerintah Hungaria.
Kesempatan yang langka itu diantaranya didapat Rachma Dessidianti. Perempuan yang asli Suroboyo itu kini sedang menempuh Pendidikan S2 Jurusan Kimia Farmasi di Eotvos Lorand (ELTE) University, salah satu universitas negeri terkemuka di Budapest melalui beasiswa Stipendium Hungaricum Scholarship yang diperolehnya di tahun 2018.
Di tengah kesibukan perkuliahannya, perempuan yang akrab disapa Dessi ini secara khusus memapar kisahnya selama berada di negeri dengan empat musim tersebut untuk pembaca iniSurabaya.com.

Kali pertama menunaikan ibadah puasa di Budapest membuat alumnus Fakultas Farmasi Universitas Airlangga ini sangat excited. Hal ini diakui bukan hanya keingintahuannya merasakan perbedaan waktu berpuasa yang signifikan yaitu selama 17-18 jam saat di Budapest, sedang durasi puasa di Surabaya hanya sekitar 13 jam.
“Saya juga penasaran terhadap aktivitas warga negara muslim di Budapest,” katanya.

Dinasti Ottoman Turki di Hungaria
Jejak Islam di Budapest tidak terlalu asing bagi masyarakat di negara Hungaria. Pada abad ke-16 wilayah negara ini sempat berada di bawah kekuasaan Ottoman Turki. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya restoran asal Turki yang tersedia di Hungaria, khususnya di Kota Budapest.

Menurut data sensus pada tahun 2011 yang dilakukan Central Statistical Office (KSH) di Hungaria, 5.579 warga negara Hungaria tercatat memeluk agama Islam, sekitar 0,057 persen dari total populasi.
Perinciannya yaitu 3.567 adalah laki-laki, dan 2.012 adalah perempuan. Namun, sepuluh tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2001, hanya 3.201 orang yang menyatakan diri mereka sebagai muslim.
Dari data ini menunjukkan adalah peningkatan jumlah penduduk muslim di Hungaria mencapai hampir dua kali lipat dalam 10 tahun. Mayoritas muslim di Hungaria berasal dari Turki, Arab dan warga negara Hungaria sendiri.
Maka wajar di Budapest akan mudah ditemukan toko yang menjual daging halal. Selain itu, beberapa toko lokal di Hungaria juga dimiliki muslim keturunan Turki.

Makam Gül Baba
Gül Baba merupakan penyair dari dinasti Ottoman Turki yang datang bersama tentara Turki ke daerah Buda (sisi Utara kota Budapest) dan berhasil menduduki daerah tersebut.
Gül Baba meninggal pada tahun 1541 dan dimakamkan di Mecset Utca 14 daerah Buda di kota Budapest. Pada tahun 1885, pemerintah Ottoman Turki menugaskan seorang insinyur Hungaria untuk merenovasi makam Gül Baba dan ketika renovasi selesai pada tahun 1914, makam ‘Father of Roses’ ini dinyatakan sebagai monumen nasional.
Saat ini, salah satu tempat ziarah umat muslim di Eropa Timur tersebut dimiliki oleh Republik Turki.

Masjid Budapest – Budapest Mecset
Masjid yang kerap disebut dengan Masjid Fehervari ini merupakan masjid terbesar di Hungaria. Berlokasi di Fehérvári út 41, Budapest, Hungaria, masjid ini kerap menjadi jujukan untuk menunaikan ibadah salat, salat Jumat, serta salat Ied bagi warga muslim di Hungaria, khususnya di kota Budapest.
Selain itu, terdapat komunitas muslimah yang mengadakan kajian di setiap hari Jumat siang. Komunitas muslimah yang berasal dari berbagai negara ini digagas muslimah asal Hungaria.

Rachma Dessidianti
Berkenalan serta menjalin silaturahmi dengan muslimah dari berbagai negara tentunya hal yang menarik. Melalui percakapan serta bertukar pikiran, banyak informasi terkait keragaman budaya yang dapat diperoleh.
Kota Budapest mungkin belum sefamiliar kota Paris, Amsterdam ataupun Berlin. Namun kota cantik ini dapat menjadi destinasi studi ataupun travelling di kawasan Eropa Timur yang kaya akan nilai histori serta bangunan yang iconic. Selamat Datang di Budapest, Hungaria. (*)