
iniSURABAYA.com – Teknologi di bidang estetika terus berkembang. Apalagi di era Beauty 4.0, kebutuhan masyarakat untuk tampil sempurna tidak hanya untuk eksistensi dan aktualisasi diri di media sosial.
Kesempurnaan tampilan itu juga diharapkan membawa efek pada kehidupan sosialnya secara ‘real’, yang diperlukan untuk mendukung pekerjaan, karir, serta kehidupan sosialnya.
Fenomena itulah yang membuat Miracle Aesthetic Clinic meluncurkan the science of facial architecture. Metode terbaru untuk membentuk wajah yang dimiliki klinik perawatan kecantikan ini memastikan dokter tidak mengandalkan intuisi dalam memperbaiki bentuk wajah dan memandang setiap bagian wajah secara terpisah.
“Seperti halnya menciptakan bangunan, harus ada strategi khusus yang dilakukan. Salah satunya membuat blue print terlebih dahulu. Selain itu juga harus ada perhitungan struktur, kontur, hingga proses paling akhir,” kata dr Lanny Juniarti DiplAAAM, Founder Miracle Aesthetic Clinic, Rabu (7/8/2019).
Ditemui di tengah perayaan ulang tahun ke-23 Miracle Aesthetic Clinic, dokter Lanny memaparkan bahwa metode tersebut merupakan adaptasi dari konsep pembentukan wajah yang digagas Mauricio dr Maio, ahli bedah plastik asal Brazil.
“Metode ini kami sesuaikan dengan
fasilitas perawatan yang dimiliki oleh Miracle,” ujar Lanny yang juga President
Director Miracle Aesthetic Clinic.
Lanny menegaskan, The science of facial architecture merupakan metode minimal invansif untuk membentuk wajah agar terlihat ideal. “Maksudnya, sesuai kebutuhan pasien yang telah dikonsultasikan dengan dokter kecantikan di Miracle Aesthetic Clinic,” cetusnya.
Lanny menambahkan,”Pendekatan holistik antara kepekaan artistik digabung dengan ilmu kedokteran dan menjadi pedoman dasar bagi para dokter untuk memberikan hasil yang aman, konsisten, dan bertahan lama.”
Lanny meyakini bahwa bangunan yang bagus tak bisa tercipta bila hanya mengandalkan intuisi. “Begitu pula dengan wajah. Jadi dalam metodologi ini dokter harus melihat wajah sebagai satu kesatuan. Seperti halnya rumah, tak bisa apabila hanya melihat pintu dan jendela sebagai elemen,” paparnya.
Lanny lalu menunjuk,”Misalnya, pasien ingin memperbaiki bagian dagu. Tak bisa langsung memperbaiki bagian tersebut. Terkadang, pasien tidak paham apa yang mereka butuhkan. Seperti rumah, seseorang melihat atap yang retak, ternyata masalahnya tidak terletak pada atap, melainkan pondasinya.”
Melalui metodologi terbaru ini, lanjut Lanny, para dokter di Miracle memahami keunikan karakteristik kecantikan masing-masing individu melalui pengintegrasian perawatan berbasis teknologi maupun injectables untuk membentuk wajah ideal.
“Kami ingin menampilkan bentuk terbaik wajah tanpa mengubahnya menjadi orang lain. Kami percaya setiap orang itu unik,” tandasnya. dit