
Catatan Redaksi: Indonesia akhirnya ‘punya’ superhero. Di tangan Joko Anwar, superhero itu bernama Gundala. Sebagai sebuah superhero perdana di Tanah Air, Gundala jadi special lantaran mendapat perhatian luar biasa masyarakat. Setidaknya dari capaian jumlah penonton yang sudah lebih 1 juta dalam 10 hari.
Untuk melihat sisi lain film produksi Bumi Langit Studio bersama Screenplay Films ini, redaksi menurunkan tulisan khusus Ahmad Romawi Yunani, Pria yang sempat mengenyam pendidikan Ilmu Sejarah (FIB) Universitas Airlangga, dan juga Ilmu Filsafat Universitas Gajah Mada ini mencoba menuangkan pandangannya soal Gundala, Joko Anwar, dan Bumi Langit Studio dalam tulisan yang diturunkan dalam beberapa seri berikut ini.
iniSURABAYA.com – Tahun 2008 Bumi Langit Studio mengumumkan bahwa mereka sedang mempersiapkan remake film ‘Gundala Si putra Petir’ (1981), setelah menemukan sutradara dan sejumlah pemain kemudian gagal berproduksi.
Bumi Langit Studio adalah studio film yang menaungi lebih dari 1.100 hak lisensi komik dan karakter tokoh-tokoh superhero Indonesia, seperti gundala, Godam, Sri Asih, Pangeran Mlaar, Mandala hingga Si Buta dari Goa hantu.
Gundala adalah komik bikinan Harya Suraminata atau lebih dikenal dengan Hasmi. Komik Gundala terbit di rentang waktu 1969-1982. Karakter Gundala adalah versi indonesia dari perpaduan tokoh superhero Amerika. Kostum dan kekuatan yang mirip dengan The Flash, sedikit gaya Thor, dan patriotik macam Captain Amerika.
Sekitar 7 tahun kemudian, Erick Thohir bersama dengan Mahaka Pictures miliknya tertarik memproduseri Gundala dengan menggaet Hanung bramantyo di kursi sutradara. Tahun 2016 dijadwalkan rilis, dan lagi-lagi gagal berproduksi.
Hingga akhirnya Bumi Langit Studio memilih Joko Anwar (saya sebut Jokan) untuk menyutradarai dan menulis skenario Gundala. Kemudian, tepatnya 28 Agustus 2019 lalu, Gundala secara resmi rilis di seluruh bioskop Indonesia.
Gundala versi sekarang dan versi asli sangatlah jauh. Dalam versi asli Sancaka adalah seorang ilmuwan yang berkutat di laboratorium ingin menciptakan serum anti petir, mirip The Flash lah.
Kekuatanya dia dapatkan saat dia patah hati diputus oleh pacarnya, Minarti, karena kesibukannya. Sancaka lari menuju jalanan, hujan-hujan dengan petir menyambar, sepertinya mau bunuh diri gak tahu dengan cara apa.
Tiba-tiba dia kesambar kilat, koma dan jiwanya diselamatkan oleh Kaisar Kronz, Raja Petir. Diberinya Sancaka kekuatan dan diangkat menjadi anaknya. Dan seterusnya jadilah Sancaka seorang superhero.
Sedangkan versi sekarang, dirubah Jokan agak sedikit humanis. Sancaka anak yatim-piatu, dan hidup di jalanan menjadi jagoan jalanan. Mempunyai kekuatan petir sejak kecil tapi tak tahu bahwa dia memiliki kekuatan tersebut.
Sancaka bekerja menjadi satpam sebuah penerbitan koran, dan mempunyai kekasih yang bernama Wulan, bukan Minarti.
Bumi Langit sepertinya jatuh cinta pada skenario Jokan. Betapa tidak, Jokan dimodali budget Rp 30 miliar untuk memproduksi Gundala. Itu sama saja 10 kali lipat dari budget film Jokan terakhir, ‘Pengabdi Setan’ (2017) yang hanya berkisar Rp 3 miliar.
Jokan dalam rilisnya mengatakan bahwa dia merancang naskah Gundala lebih lama yaitu 4 bulan. Biasanya dia membuat naskah hanya 3 bulanan.
Sepertinya beralasan, karena ternyata beberapa minggu sebelum Gundala rilis. Bumi Langit Studio secara resmi mengumumkan bahwa, Gundala adalah film pembuka semesta superhero Indonesia yang sedang mereka rancang.
Mereka menggaet aktor-aktor macam Chelsea Islan, Chico Jericho, Dian Sastro, dan tentunya si Joni di ‘Janji Joni’, Nicholas Saputra, dan masih banyak lagi.
Dalam rilis ilegalnya, disebutkan bahwa Gundala adalah sebuah trilogi dan diantara itu ada film-film superhero lainnya seperti Godam, Tira, Aquanus dan film selanjutnya setelah Gundala yaitu Sri Asih (Pevita Pearce).
Selain Gundala, Bumi Langit juga sedang mempersiapkan trilogi ‘Si Buta’ dan ‘Mandala’, semua itu berakhir hingga tahun 2023. Saya mencurigai, apa mungkin Jokan yang merancang semesta superheronya Bumi Langit?
Jika memang iya, saya akui bahwa Jokan adalah penulis dan konseptor yang jenius, tapi bukan sutradara yang bagus. *