Catatan Redaksi : Setelah melalui proses panjang, Bumi Langit Studio akhirnya menjatuhkan pilihan pada Joko Anwar (Jokan) untuk menuntaskan penggarapan cerita komik Gundala ke layar lebar.
Bumi Langit sepertinya jatuh cinta pada skenario Jokan. Terbukti, Jokan dimodali budget Rp 30 miliar untuk memproduksi ‘Gundala’. Tetapi, bagaimana hasilnya? Ahmad Romawi Yunani menuangkan pandangannya berikut ini.
iniSURABAYA.com – Film ‘Gundala’ yang tayang serentak di seluruh gedung bioskop Indonesia sejak 28 Agustus 2019 disambut meriah dan antusias para penikmat film negeri ini.
Sayangnya, semua gempita itu seakan membuat Jokan tak fokus mempersembahkan Gundala sebagai sebuah film yang utuh dan kuat. Tapi sekedar sebuah makanan pembuka dari hidangan utama yang mungkin ada tapi belum tentu enak.
Kemanakah budget Rp 30 miliar itu dibelanjakan? CGI kah? Gaji-gaji aktor? Atau mungkin -lagi-lagi saya mencurigai- budget sebesar itu adalah budget untuk semua film-film di semesta itu.
Gundala tak terasa sebagai sebuah film dengan budget Rp 30 miliar. CGI saja hanya terlihat untuk membuat semua adegan berpetir. Dan sedikit background beberapa scene, seperti background pabrik tempat ayah Sancaka bekerja.
Bahkan jika untuk membayar aktor, saya kira Abimana tidak semahal Iko Uwais atau Reza Rahadian. Lalu kemana 1800 aktor pembantu yang disebutkan Jokan? Adegan demo di pabrik saja paling-paling cuma 150an orang. Lalu 1600an orang yang lain mungkin disimpan di dalam hardisk untuk digunakan di scene film lainnya.
Kecurigaan saya semakin terjawab, justru saat saya mengetahui bahwa proses produksi Gundala memakan waktu dua tahun, dan syuting di 70 tempat berbeda di seluruh Indonesia. Dua tahun itu adalah sebuah proses produksi terlama untuk sebuah film se-sederhana ini.
Bahkan film macam ‘Avengers’ saja memakan waktu produksi hanya setahun. Padahal, di Gundala setting tempat adegan paling-paling tidak sampai 15 set.
Dan dengan sedikitnya set itu apa mungkin memakan proses produksi dua tahun? Entahlah, saya mungkin hanya berangan-angan.
Jika angan saya benar, kemungkinan besar yang membuat Gundala menjadi hambar adalah karena Jokan harus memilah lagi scene-scene yang mau dipakai sekarang dan yang dipakai nantinya. Ataupun kalau tidak, Jokan mungkin memang sutradara seperti itu. Serba nanggung. (bersambung)