
iniSURABAYA.com – Selama hampir sebulan, mulai Selasa (19/11/2019), House of Sampoerna menggelar tur Surabaya Heritage Track (SHT) dengan tema ‘Barisan Kemerdekaan’.
Trackers (peserta tur SHT) akan diajak menelusuri rangkaian aksi heroik Polisi Istimewa Surabaya dengan mengunjungi tempat bersejarah terkait, salah satunya gedung Polrestabes Surabaya, Penjara Koblen dan Polsek Bubutan.
Menurut Rani Anggraini, Manager House of Sampoerna, Polisi Istimewa merupakan satuan elit keamanan bentukan Jepang dengan
nama Tokubetsu Keisatsutai, berdiri
kukuh untuk mempertahankan berkibarnya sang Merah Putih di Coen Boulevard (sekarang Jl Dr Soetomo) setelah diproklamasikannya
kemerdekaan Indonesia.
“Pada 21 Agustus 1945, mereka juga memproklamirkan diri sebagai Polisi Republik Indonesia (PRI),” ungkap Rani.
Dengan persenjataan memadai serta kemampuan tempur yang terlatih, Polisi Istimewa di bawah komando Mohammad Jasin menjadi ujung tombak dalam pertempuran tiga hari (28-30 Oktober 1945) di Surabaya.
Pada
titik-titik konfrontasi seperti gudang senjata Don Bosco (berlokasi di Jl Tidar), markas Kempetai (yang sekarang menjadi kompleks Tugu Pahlawan), serta markas Kaigun (daerah Embongwungu dan Gubeng), Polisi Istimewa selalu mengawal
perjuangan Indonesia dengan berada di garis depan.
Memuncaknya gejolak pertempuran di Surabaya dengan terbunuhnya Jendral AWS Mallaby, membuat Polisi Istimewa semakin meningkatkan kesiagaan untuk menghadapi segala kemungkinan yang dapat terjadi.
Pertempuran 10 November 1945, menjadi panggung pembuktian cita-cita Indonesia menjadi bangsa merdeka. Peran Polisi Istimewa pada periode ini dalam mempertahankan kota dari gempuran Sekutu sangatlah signifikan.
Perlawanan
sengit di beberapa sektor pertempuran membuat Sekutu kewalahan. Meskipun pada
28 November 1945, dengan tak terelakan Sekutu dapat menduduki Surabaya, perjuangan
Polisi Istimewa tetap dikenang sebagai barisan terdepan yang mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.
Rani menegaskan bahwa program tematik ‘Barisan Kemerdekaan’ bisa dinikmati hingga 12 Desember 2019. “Tur tematik SHT diselenggarakan pada periode-periode tertentu guna memperkenalkan sejarah kota Surabaya serta berbagai bangunan dan kawasan yang memiliki nilai sejarah tinggi,” paparnya.
Tur SHT dapat dinikmati wisatawan secara cuma-cuma. Melalui berbagai tur SHT, trackers tak hanya dapat menikmati berbagai bangunan cagar budaya, namun juga mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru. dit
Tur Tematik: ‘Barisan Kemerdekaan’
Jadwal Tur : Selasa-Kamis, 19 November–12 Desember 2019 Waktu : 10.00–11.30
Pemberhentian:
Gedung Polrestabes Surabaya
Berlokasi di Utara Surabaya, gedung Polrestabes Surabaya sejak masa pemerintah kolonial Belanda difungsikan sebagai markas kepolisian (Hoofdbureau van Politie), dan berubah menjadi markas Polisi Istimewa Kota Surabaya pimpinan Soetjipto Danoekusumo paska proklamasi kemerdekaan.
Gedung bersejarah ini juga jadi saksi ketika pesawat udara Sekutu menghujani Surabaya dengan bom ketika meletusnya pertempuran 10 November 1945. Salah satu anggota Polisi Istimewa yang menjadi korban pada saat itu adalah Agen Polisi II Eman.
Sekarang kompleks ini difungsikan sebagai kantor Polrestabes Surabaya dan pelayanan masyarakat. Uniknya juga terdapat bunker bawah tanah yang dulunya bekas penjara, ruangan Mohammad Jasin dan Museum Perjuangan Polri.
Penjara Koblen
Ketika masa revolusi Surabaya, Penjara Koblen banyak menampung tentara Jepang yang sempat ditawan ketika pelucutan senjata terjadi.
Tentara Sekutu mempersenjatai mereka untuk melakukan pemberontakan kepada rakyat Surabaya. Untuk mencegah hal itu terjadi akhirnya pada 29 Oktober 1945, Polisi Istimewa menerobos masuk. Terjadilah pertempuran antara para tawanan Jepang dan tentara Sekutu melawan Polisi Istimewa.
Penjara Koblen juga memiliki keterkaitan sejarah dengan Liem Seng Tee. Pendiri Sampoerna ini sempat dipenjarakan Jepang di Koblen atas tuduhan menyokong pertempuran melawan Jepang di China. Liem Seeng Tee dibebaskan pada 27 Agustus 1945.
Polsek Bubutan
Bangunan Polsek Bubutan ini merupakan pos polisi sectie 3 Surabaya yang sengaja dibangun pemerintah kolonial untuk mengawasi gerakan orang-orang kawasan ini.
Dulunya Polsek Bubutan juga menjadi tempat berkantornya Mohammad Jasin. Namun pada masa revolusi Surabaya, Mohammad Jasin mendengar kabar bahwa Pos Polisi Bubutan sedang di bawah kendali tentara Sekutu.
Mohammad Jasin menyuruh anggotanya Luwito dan Gontah untuk mempimpin satu pasukan Polisi Istimewa yang dilengkapi mobil lapis baja untuk melakukan penyerangan. Penyerbuan ini membuat Sekutu yang menduduki Pos Polisi Bubutan terpukul mundur dan menyerah.