Berwisata Tanpa Keluar Rumah? Ikutan Tur Virtual SHT Bisa Eksplorasi Sejarah dalam Satu Sentuhan Jari

0
1043
Di tengah pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir, House of Sampoerna menawarkan ‘wisata’ unik, yaitu tur secara daring.

iniSURABAYA.com – Merespons himbauan pemerintah untuk stay at home di tengah masa pandemic Covid-19, House of Sampoerna meluncurkan alternatif wisata yang dapat dinikmati masyarakat tanpa harus meninggalkan rumah berupa Tur Virtual Surabaya Heritage Track (SHT).

Sejalan pula dengan anjuran International Council of Museums (ICOM) untuk dapat selalu menjangkau dan terhubung dengan publik meski dari jarak jauh, tur virtual ini akan mempertemukan Trackers (sebutan peserta SHT) dengan pemandu tur secara daring.

Tetap mengusung konsep ‘Museum Luar Ruang’ Tur Virtual SHT akan menyambangi bangunan-bangunan cagar budaya serta kawasan bersejarah lainnya di Surabaya.

“Tur ini sekaligus untuk menunjukkan semangat pergerakan Arek-arek Suroboyo yang multikulural, serta identitas Surabaya sebagai kota, perdagangan dan pelabuhan melalui fasilitas street view pada google map  dari layar gawai,” kata Rani Anggraini, Manager House of Sampoerna.

Melalui program Tur Virtual SHT yang mulai dilakukan pada Jumat (1/5/2020), masyarakat tetap dapat menikmati wisata sejarah di Surabaya secara aman. dit

Dan inilah jadwalnya:
Tur              : Tur Virtual Surabaya Heritage Track
Jadwal Tur :  1. Surabaya Kota Pahlawan
                        Jumat, pukul 10.00–11.30 WIB dan 13.00–14.30 WIB                         2. Kampung dari Seberang      
Sabtu, pukul 10.00–11.30 WIB dan 13.00–14.30 WIB

Teknis 
1.   Melakukan pendaftaran melalui https://bit.ly/virtualturSHT 
2.   Menunggu email konfirmasi berisi tautan akses 
3.   Mengunduh dan install MS Teams 
4.   Masuk ke meeting room 15 menit sebelum tur dimulai 
Materi Cerita 
Surabaya Kota Pahlawan 
Kedatangan Sekutu di Surabaya pada 25 Oktober 1945 menjadi jalan masuknya tentara NICA untuk kembali menduduki Indonesia.

Rakyat Surabaya yang menolak dengan tegas upaya tersebut memberikan perlawanan kuat hingga menewaskan pimpinan tertinggi Sekutu, Jenderal AWS. Mallaby, pada pertempuran 3 hari di bulan Oktober 1945.

Meletusnya pertempuran 10 November menjadi pembuktian keinginan Arek-arek Suroboyo untuk merdeka.

Kampung dari Seberang
Pada tahun 1843, Belanda memberlakukan wijkenstelsel atau pembagian wilayah pemukiman di Surabaya berdasarkan ras atau etnis penduduknya. Kalimas sendiri digunakan sebagai pembatasnya, yaitu sisi Barat diperuntukkan bagi pemukiman orang Eropa.

Sedangkan sisi Timur dari Kalimas dikhususkan bagi masyarakat Timur Asing (Vremde Oosterlingen) yang terdiri dari pemukiman masyarakat etnis Tionghoa dan Arab.
Kebijakan ini berdampak pada segregasi kawasan hunian bagi orang Eropa, Tionghoa dan Arab yang masih tampak jelas dari arsitektur bangunan yang hingga sekarang masih ada.
Pemisahan wilayah tersebut juga berdampak pada budaya dan tradisi masyarakat yang terus berkembang.

Comments are closed.