iniSURABAYA.com – Sampah selama ini masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Tetapi di tangan Taufiq Saguanto, sampah dalam bentuk apa pun bisa menjadi barang bernilai ekonomi.
Karya Taufiq bahkan tak hanya dikoleksi oleh masyarakat di negeri ini. Penikmat karya seni dari mancanegara pun kesengsem pada karya-karyanya yang unik tersebut.
“Saya pernah dapat pesanan dari orang Kanada. Dia tahunya dari postingan saya di Instagram,” kata Taufiq saat ngobrol virtual ‘Sapa Sahabat’ di akun IG @ini.surabaya, Senin (27/7/2020).
Pria kelahiran Malang ini mengaku, kreativitas menggunakan sampah plastik sebagai barang berguna itu muncul ketika dirinya drop lantaran bisnis properti yang dijalani mengalami kebangkrutan.
Di tengah ketidakberdayaan itu, lulusan Universitas Muhammadiyah Malang ini tak bisa mengandalkan bantuan teman-teman, atau bahkan keluarganya sendiri. Di saat itulah muncul keinginan memanfaatkan sampah plastik yang menumpuk di rumah.
Keinginan Taufiq untuk berkreasi dengan sampah plastik ini kian besar ketika menyaksikan tayangan Kick Andy yang menghadirkan sosok Bob Novandi. Di tayangan itu Bob Novandi menegaskan bahwa ‘sampah bisa jadi berkah’.
“Waktu itu Bob Novandi bikin sampah jadi lampion. Dari situ saya makin terpacu untuk terus serius mengutak-atik sampah plastik,” papar pemilik akun IG @hotbottles_recycle_company ini.
Ketika memulai kreasinya di tahun 2015, Taufiq tak menepis bahwa karyanya tidak langsung sempurna. “Waktu pertama desain bikin kereta api. Setelah saya lihat lama kok malah seperti setrika,” ujarnya sambil tertawa.
Pada kreasi berikutnya, Taufiq mencoba membuat motor. “Tapi, pas saya tanya anak saya, ‘aku bikin apa hayo….’, anak saya jawab: telepon!” ucapnya kembali sambil tertawa.
‘Mental baja’, itulah yang ditekankan Taufiq jadi kunci suksesnya selama ini. “Pada saat kita terpuruk, ijazah apa pun yang kita miliki tak bisa membantu. Tetapi seberapa kuat mental kita itulah yang akan membuktikan kita jadi petarung…pejuang tangguh, atau ‘mental tempe’,” bebernya.
Taufiq meyakini jika seseorang tak punya mental kokoh, bahkan keyakinan pada Sang Pencipta pun bisa luntur saat dirinya mengalami tekanan berat.
“Pada saat seperti itu, saya tanya pada diri saya, saya tetap diam atau terus bergerak. Karena saya tak ingin terhina, paling tidak terhina dalam keluarga sendiri, saya putuskan harus bergerak!” katanya penuh semangat. dit