Catatan Redaksi:
Sebagai seorang fesyen desainer, Lia Afif dikenal lewat karyanya yang mengeksplorasi wastra Nusantara. Kain tradisional yang menghiasi karyanya tak terbatas pada batik. Berikut perjalanan Lia Afif di beberapa daerah dan upayanya menggali potensi local setempat lewat rancangan busananya.
SEBAGAI seorang desainer busana muslim, Lia Afif mengembangkan karyanya selepas menyelesaikan studi dari Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.
Setelah sempat melanjutkan pendidikan fesyen di Susan Budihardjo, Lia Afif memantapkan diri menghadirkan desain elegan dan etnik, dengan menghadirkan unsur geometri dan garis-garis tegas dalam setiap rancangannya.
Etnik adalah salah satu ciri khas Lia yang terus dieksplorasi, terutama dengan kegemaran berkeliling Indonesia bersama keluarga. Momen itu sekaligus dimanfaatkan untuk mengenal kain tradisional daerah-daerah yang dikunjungi yang kemudian menjadikan Lia Afif berkesempatan berkerjasama dengan beberapa pemerintah daerah.
Sehingga selain mengangkat dan melestarikan kain tradisional dari daerah tersebut, Lia berkesempatan pula mengenalkan wisata daerah serta potensi lainnya.
Beberapa kain tradisional yang dieksplorasi Lia Afif, diantaranya adalah kain batik karya perajin kain batik Kabupaten Jember.
Mengembangkan motif dasar tembakau, kopi, dan coklat yang merupakan hasil bumi utama dari Kabupaten Jember. Bentuk dasar tersebut kemudian dikembangkan dan dipadupadan dengan motif-motif lain yang menggambarkan berbagai potensi wisata di Jember.
Sungguh suatu kesempatan yang luar biasa saat dapat membawa dan mengenalkan batik karya perajin Batik Jember ke mancanegara pada ajang Paris Fashion Week yang mengusung tema Criolla Charmera (rangkaian pesona warna coklat yang cantik).
Kali ini keseluruhan koleksi menggunakan batik yang mengeksplorasi pewarnaan alam, menghadirkan nuansa cokelat alami yang makin memperkuat warna dari biji kopi, cokelat, dan daun tembakau.
Batik Ngawi memiliki banyak corak, mengenali coraknya akan dapat menentukan asal batik tersebut. Beberapa corak batik Ngawi antara lain Bambu Jati Abang, Bokor Kencono, Gringsing, dan masih banyak lagi.
Saat membawa Batik Ngawi hingga London, Inggris, Lia Afif mengangkat motif daun jati sebagai tema sentral rancangannya. Batik ini diberi nama Djatiswara Dahana, artinya adalah semangat yang hadir dari karakter pohon Jati yang kuat, tangguh, dan cantik.
Beralih ke Jombang yang merupakan daerah kelahiran Lia Afif, kali ini khusus menghadirkan tema Angganalura (pesona bagi wanita) sebagai bentuk apresiasi atas proses pembuatan dan pelestarian batik Jombang dengan pewarnaan alam.
Teknik batik ini cukup rumit karena sarat dengan eksplorasi alam serta dipengaruhi kondisi alam. Pada setiap produksinya menghadirkan warna-warna khas, dalam rangka bernostalgia dengan daerah yang sangat dekat dengan diri Lia Afif di masa kecil hingga tamat SMA.
Ketika menyeberang ke Pulau Kalimantan, Lia Afif dikejutkan dengan eksplorasi perajin batik Kutai Timur yang menghadirkan corak wakaroros, tanaman paku dan burung enggang.
Corak wakaroros adalah corak khas yang biasanya diukir pada kayu. Namun kali ini dieksplorasi oleh perajin batik untuk dituangkan pada desain kain batik. Dengan tema Rancakaroros Resitala (pertunjukan keindahan motif wakaroros yang mengalir), Lia Afif membawa batik dari Kutai Timur ini di ajang Indonesia Fashion Week 2019.
Tidak menggunakan pewarnaan alam, menjadikan rancangan Lia Afif kali ini lebih berani dalam padu padan warna. Lia berusaha menggambarkan semangat terus berkembang dari perajin batik Kutai Timur yang jumlahnya masih terbilang sedikit namun mampu menghadirkan karya khas dan kental budaya lokal.
Kembali mengeksplorasi batik Jawa Timur, Lia Afif bereksplorasi dengan batik-batik berwarna cerah karya perajin batik Kabupaten Probolinggo di ajang Hongkong Fashion Week.
Lia melakukan sesi pemotretan di Seruni Point, salah satu tujuan wisata yang dikembangkan Pemkab Probolinggo yakni berupa anjungan setinggi 256 anak tangga yang langsung menghadap Gunung Bromo.
Excite Tangerines (munculnya warna-warna musim gugur) adalah tema yang diusung Lia Afif dalam memperkenalkan dan mengeksplorasi batik Kabupaten Probolinggo.
Meski baru dikembangkan sejak 2013, namun berhasil menapakkan ciri khas warna-warna kuat untuk menggambarkan alam sekitar Gunung Bromo yang menjadi bagian Kabupaten Probolinggo.
Setelah sempat melakukan perjalanan wisata yang cukup jauh, Lia Afif bersama Bhayangkari Nusa Tenggara Barat mengenalkan tenun khas NTB di ajang Fashion Rhapsody di Jakarta.
Kegiatan tersebut merupakan peragaan busana terakhir Lia Afif sebelum pandemi. Lewat tema Pearle Naturale yang berarti keindahan Pulau Lombok sebagai penghasil mutiara di Indonesia, Lia Afif makin memantapkan identitasnya sebagai fashion designer yang aktif mengeksplorasi serta mengangkat kain tradisional dan bukan hanya batik.
Membawa kain Tenun Lombok lebih dekat kepada penikmat fesyen nasional juga sekaligus mengangkat potensi wisata Nusa Tenggara Barat.
Lia Afif berharap pandemi ini segera berakhir sehingga geliat fesyen Tanah Air kembali menyeruak dan mengangkat roda perekonomian perajin kain tradisional.
Itu pula yang jadi salah satu visi Lia Afif untuk melestarikan dan mengembangkan kain tradisional Nusantara dalam setiap desain busana muslim karyanya.
Lewat karya-karyanya itu Lia Afif bertekad menjadikan Indonesia sebagai kiblat busana muslim dunia. (*)