iniSURABAYA.com – Bagaimana mempertahankan diri ketika dapat serangan fisik dari orang yang berniat jahat? Keberanian melawan dengan melakukan serangan balik lewat tendangan dan pukulan saja tidak lah cukup.
“Serangan balik ke lawan ini harus dilakukan dengan tepat. Misalnya, saat memukul atau meninju, tangan harus lurus ke depan,” tegas Feibriyanti, aktivis anti bullying kepada iniSurabaya.com, Sabtu (24/10/2020).
Ditemui sesaat sebelum acara ‘Children Protection’ di Atrium Lenmarc Mall Surabaya, gadis yang akrab disapa Fei ini menambahkan, memukul dengan cara yang salah tidak akan membawa efek apa pun pada lawan.
Cara memukul yang tepat dan benar menurut Fei adalah dengan mengepalkan tangan kuat-kuat dan punggung tangan berada di atas. “Jadi bagian tangan ke depan bisa tepat sasaran, misalnya ke arah perut atau dada,” imbuhnya.
Sedang tendangan, Fei yang juga atlet kick boxing ini menandaskan, bisa menggunakan kaki bagian luar maupun dalam. “Ketika menendang bagian perut, ujung kaki ditekankan lebih kuat sehingga tekanannya bisa mendorong lawan,” ujar pendiri Sport & Language Course (SLC) Surabaya ini.
Ditemui di tempat yang sama, Valerie Angelina Heru, sahabat Fei mengingatkan, ada tiga kondisi darurat yang biasa terjadi pada aksi bullying. Pertama adalah tindakan perundungan dengan memukul area kepala.
“Saat akan dipukul di bagian kepala, anak bisa melakukan pertahanan diri dengan menutup area kepala pakai tangan dan lengan. Setelah melihat ada peluang bisa melawan untuk melepaskan diri,” tuturnya.
Dalam kondisi tersebut, atlet karate penyandang sabuk hitam ini menandaskan, perlawanan paling tepat adalah dengan menendang bagian perut lawan pakai lutut.
“Ketika lawan kesakitan, bisa digunakan untuk lari mencari pertolongan,” urainya.
Sedang jika lawan melakukan serangan dengan cekikan, yang harus dilakukan adalah upaya melepaskan diri dengan merenggangkan kedua tangan pencekik dari arah dalam pakai tangan luar.
“Saat sudah terlepas, bisa langsung menendang kea rah samping dengan sasaran rusuk,” cetus Valerie yang sehari-hari bertugas sebagai pengacara ini.
Serangan lain yang sering terjadi, lanjut Valerie, adalah pelukan atau rangkulan tiba-tiba dari arah belakang. Cara menghindarinya adalah dengan menginjak kaki lawan sampai pelukan terlepas. Selanjutnya, dalam waktu cepat segera pukul pakai siku ke bagian perut.
“Lalu pergi cari bantuan,” pesan Valerie yang terlahir dari keluarga karateka ini.
Baik Fei maupun Valerie menandaskan bahwa upaya pertahanan dengan melakukan serangan balik ini merupakan hal krusial, mengingat bullying masih sering terjadi mereka yang masih usia anak-anak.
Dengan bekal ilmu bela diri yang cukup, maka meski tanpa didampingi orangtua atau keluarga, bisa berupaya mempertahankan diri bila menghadapi tindak kekerasan atau bullying secara fisik ini. dit