ITS Kembangkan Pendeteksi Genangan Air di Runway, GM AirNav: Bisa Kurangi Waktu Pesawat Holding di Udara

Dr Melania Suweni Muntini menjelaskan dan menunjukkan komponen dari perangkat Standing Water Detector yang dirancang timnya pada purwarupa landasan pacu di bandara.

iniSURABAYA.com – ITS Surabaya kini sedang mengembangkan alat pendeteksi ketinggian genangan air di landasan pacu Bandar udara (bandara).

Proses pengembangan alat deteksi ketinggian air (Standing Water Detector) itu dilakukan bersama Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Udara (Puslitbang TU) Balitbang Kementerian Perhubungan.

Bacaan Lainnya

Tahap uji kehandalan kali ini, diselingi dengan sertifikasi dari SWD ini sendiri. Sertifikasi memerlukan prosedur dan turut serta dari berbagai pihak dalam bidang penerbangan.

Menurut Capt Novyanto Widadi SAP MM, Kepala Puslitbang Transportasi Udara, pada tahap sertifikasi akan dipertimbangkan dari segi regulasi oleh Kementerian Perhubungan.

“Setelah tahap-tahap ini selesai, alat ini tentu bisa digunakan secara massal di berbagai bandar udara di Indonesia,” tandasnya. Sertifikasi dari alat ini sangat diperlukan mengingat banyaknya jumlah bandara di Indonesia.

Baca Juga : https://inisurabaya.com/2020/11/pilot-pesawat-sering-tak-mendapat-informasi-real-time-genang-air-di-landasan-pacu-dosen-its-ini-coba-kembangkan-alat-deteksi-runway/

Ir Mohammad Alwi MM, Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah I Kelas Utama mengakui, semakin tidak pastinya curah hujan membuat alat ini sangat cocok diterapkan di Indonesia.

“Jika alat ini sudah disertifikasi, kita tidak perlu ragu lagi untuk menggunakan alat ini,” tegasnya.

Respons positif didapat dari berbagai pihak yang berkecimpung dalam dunia penerbangan. MT Nurhuda, General Manager AirNav Cabang Surabaya menyampaikan, mengkomunikasikan kepada pilot yang akan melakukan pendaratan secara langsung mengenai standing water ini merupakan hal yang krusial agar pilot dapat membuat keputusan tepat dalam pendaratan.

“Ini tentu bisa mengurangi waktu pesawat untuk holding di udara, dan juga mengurangi tekanan pada air traffic controller,” tuturnya.

Nurhuda pun mengharapkan, purwarupa bisa diterapkan di Bandara Juanda, Surabaya dan bandara lainnya di Indonesia. Mengingat iklim dan hujan sudah mulai sulit untuk diprediksi, bahkan di Surabaya sendiri.

“Di Juanda pun sering ada standing water. Selama ini sepertinya pada ketinggian yang masih bisa ditoleransi, tetapi kita ingin mengetahui secara pasti apakah ini aman atau tidak,” tandasnya. ana

Pos terkait