iniSURABAYA.com – Pentas fashion akbar yang dikemas dalam sebuah panggung bertajuk ‘East Java Fashion Harmony’ di Villa Solong, Banyuwangi, Sabtu (14/11/2020) tak hanya memajang busana karya para desainer Jawa Timur.
Agenda rutin yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim itu juga akan dimanfaatkan Embran Nawawi, desainer senior Tanah Air ini untuk merilis buku yang sudah lama dia persiapkan.
Wujud buku yang bertutur mengenai batik gringsing itu sempat diperlihatkan dalam kesempatan jumpa pers di Bumi Surabaya City Resort, Sabtu (7/11/2020).
“Saya sudah meneliti sembilan kota masih memiliki sejarah batik gringsing berbasis Majapahit dan Mataraman,” ungkap Sarjana Master di bidang Kriya Tekstil Pascasarjana ISI ini.
Namun, Embran mengaku bahwa dirinya tidak menulis filosofi mengenai batik gringsing tersebut secara lebih dalam. “Saya hanya menulis narasi batik gringsing. Ini adalah sebuah doa kemanusiaan untuk dunia dari Jawa Timur,” paparnya.
Dosen Desain Fashion & Tekstil UK Petra ini menekankan, dipercaya atau tidak, batik gringsing ini bisa menyembuhkan. “Batik gringsing bukan sekedar batik biasa. Tetapi batik yang dibuat dengan segala ketekunan, ketelitian, hingga kekhusyukan yang membuat batik ini memiliki kekuatan tersembunyi untuk dapat menyembuhkan gejala penyakit,” bebernya.
Embran lalu mengutip makna kata ‘gringsing’ yang dalam bahasa Sansekerta. “’Gring’ itu artinya sakit, dan ‘sing’ artinya jangan. Jadi jika disambung menjadi ‘jangan sakit’, yang lalu dibenarkan sebagai penangkal rasa sakit,” urainya.
Lebih jauh Embran mengungkapkan, Jatim yang sudah dikenal dunia lewat kerajaan terbesarnya Majapahit, memiliki beberapa catatan perjalanan sejarah batik gringsing.
Beberapa daerah masih membuat batik gringsing yang sama seperti kisahnya dahulu adalah Mojokerto, Sidoarjo, Lamongan, Tuban, Tulungagung, Trenggalek, Pamekasan, Bangkalan, serta Banyuwangi.
Selembar batik gringsing memiliki narasi dan motif yang ditorehkan di dalamnya, bisa berupa doa, pesan, harapan, dan peringatan untuk sang pemilik.
“Makna dasar dari motif gringsing yang melingkar dengan titik hitam di tengahnya adalah seperti waktu dalam kehidupan yang berputar, dan akan berpusat pada satu hal, yaitu Tuhan,” tandas Embran.
Dan jika digambarkan dengan motif kangkong stingkes yang bermakna kebersamaan dan keragaman, maka batik ini bernarasi tentang kehidupan manusia yang majemuk dan sebagai penopang kekuatan seperti halnya keluarga.
“Kebetulan saya pernah menjadi Duta Museum Batik di Yogya waktu saya (menempuh pendidikan) S2. Jadi saya sempat belajar membaca narasi dari apa yang tertulis dan tertoreh di atas sebuah kain,” tegasnya.
Secara keseluruhan ‘East Java Fashion Harmony’ akan menyajikan 55 karya dari 11 desainer Jatim. Pementasan busana batik gringsing ini disajikan dalam bentuk virtual dan disaksikan undangan secara terbatas karena kondisi pandemi.
“Pergelaran ini sekaligus untuk mengenalkan potensi wisata Jatim. Ini sebagai bentuk apresiasi bagi desainer dan perajin batik,” tutur Sinarto, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim. dit