Benahi Skema Penanganan Pasien, Rumah Sakit Ini Terapkan Zonasi

0
512
Ilustrasi : Tenaga kesehatan di rumah sakit kecapekan karena harus melayani pasien yang setiap hari jumlahnya terus meningkat.

iniSURABAYA.com – Pihak rumah sakit terus melakukan pembenahan internal agar bisa kembali menerima pasien Covid-19. Diantaranya adalah membagi ruang IGD jadi dua zona, yaitu zona merah dan zona hijau.

Upaya ini dilakukan RSI Ahmad Yani Surabaya yang menegaskan pihaknya melakukan ‘tutup dinamis’ untuk layanan bagi pasien Covid-19 di IGD. Artinya, bila sudah tersedia ruang perawatan dan ada pasien sembuh, bisa menerima pasien lagi.

“Kami sedang menata skema penanganan pasien yang lebih baik dengan memisahkan ruang IGD itu menjadi dua zona. Zona merah untuk pasien Covid-19 dan zona hijau untuk pasien non-Covid-19 dengan penerapan screening yang lebih baik lagi,” ungkap Dokter Dodo Anondo, Direktur RSI Ahmad Yani.

Skema itu akan diuji coba setidaknya Senin (5/7/2021) atau Selasa (6/7/2021). Setelahnya, kata dokter Dodo, akan ada keputusan apakah IGD bisa dibuka kembali atau tidak.

Dodo yang juga Ketua Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Jatim membenarkan, memang pada saat hampir bersamaan sejumlah rumah sakit di Surabaya menutup IGD-nya.

Tetapi hal tersebut merupakan kebijakan masing-masing manajemen, bukan karena instruksi dari Persi Jatim.

“Pertama memang pasien yang datang itu terus-terusan seperti digerojok. Saya kok sudah terlalu sering bilang ‘hulu’. Tetapi memang seperti itu. Sampai banyak sekali tenaga kesehatan yang juga terpapar,” imbuhnya.

Menurut Dodo, ada dua kemungkinan alasan belasan rumah sakit swasta di Surabaya hampir bersamaan menutup IGD-nya untuk pasien Covid-19 atau menyatakan sementara waktu tidak menerima rujukan pasien Covid-19.

Pertama, karena memang ruangan atau tempat perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit itu, termasuk di IGD, memang sudah penuh. Kedua, karena tidak sedikit dari tenaga kesehatan di rumah sakit itu yang terpapar sehingga fasilitas kesehatan itu kekurangan tenaga.

“Itu kami alami. Sebelum Lebaran itu kami lepas cukup banyak relawan. Sekarang untuk mencari relawan tenaga kesehatan lagi susah. Mungkin karena sudah bekerja di tempat lain, atau karena alasan lainnya. Dan memang banyak tenaga kesehatan yang terpapar,” katanya.

Tidak hanya rumah sakit yang mengumumkan penutupan IGD-nya. Sejumlah pengelola rumah sakit di Surabaya juga mengakui, meski mereka tidak secara resmi mengumumkan penutupan IGD, tapi ruang perawatan di tempat mereka sudah tidak lagi mampu menampung pasien.

Salah satunya Rumah Sakit Darmo. Dokter Sulung Budianto, Direktur RS Darmo mengatakan, saat ini kamar isolasi pasien Covid-19 di rumah sakit tersebut sudah penuh.

Jumlah pasien Covid-19 juga sudah melebihi kapasitas. Tidak sedikit pula pegawai dan tenaga kesehatannya yang terpapar.

Officially kami tidak declare tutup. Tetapi sudah tidak bisa terima pasien,” katanya sebagaimana dikutip dari suarasurabaya.net.

Hal yang sama terjadi di RS Husada Utama. Dokter Didi D Dewanto SpOG, Direktur RS Husada Utama Surabaya mengatakan, saat ini ruang perawatan isolasi di rumah sakit yang dia pimpin sudah 100 persen. Bahkan pasien yang ada sudah melebihi kapasitas tempat tidur yang ada.

“Karena kami tambah-tambahkan bed (tempat tidur), bila memungkinan, di kamar perawatan,” paparnya. ana/dbs

Comments are closed.