iniSURABAYA.com – Peserta Bangkit 2022 akan menempuh 900 jam pembelajaran untuk menguasai kurikulum Machine Learning, Mobile Development, dan Cloud Computing yang komprehensif sehingga siap mengikuti ujian sertifikasi Google. Sebanyak 1 dari 3 peserta Machine Learning adalah perempuan.
Tak hanya keterampilan di bidang teknologi, siswa juga belajar soft skills dan bahasa Inggris untuk profesional yang dapat mendukung kebutuhan profesi mereka.
Muriel Makarim, Head of Brand Marketing, Google Indonesia menyampaikan, semua manfaat dalam program Bangkit akan diberikan pada peserta terpilih, tanpa biaya.
Tak hanya itu, di penghujung program, peserta yang berhasil lulus akan mendapatkan token mengikuti ujian sertifikasi global dari Google dan kesempatan kerja dari Bangkit Career Fair.
Tahun lalu, 67 persen dari pengambil ujian Google dari 2.250 lulusan Bangkit 2021 berhasil lulus sertifikasi. Sebanyak 44 persen lulusan Bangkit juga meraih pekerjaan setelah mengikuti program. Dan dari lulusan yang telah bekerja, 87 persen di antaranya mengonfirmasi bahwa Bangkit membantu mereka untuk meraih karier.
Syifa Nur Aini, lulusan Bangkit 2021 kurikulum machine learning, dalam diskusi bersama Prof Ir Nizam, mengatakan, meski kondisi ekonomi sulit dia ingin tetap kuliah.
Syifa memutuskan jadi ojek daring, bangun pukul 05.00 untuk narik sebelum ke kampus. Dia menemukan Bangkit di tahun keempat studinya, ketika mulai memikirkan masa depan.
“Skill saya yang paling menonjol setelah mengikuti program ini tentu machine learning. Setelah 900 jam belajar di Bangkit, saya mendapat sertifikasi Tensorflow Developer,” paparnya.
Di sini Syifa juga belajar time management sehingga membuatnya lebih bisa mengatur waktu dan mendorong untuk berani mencoba dulu dalam hal apapun. “Setelah lulus dari Bangkit, saya dipercaya menjadi IT Manager di Trapo Indonesia,” urainya.
Sementara Farrel Athaillah Putra, pemimpin proyek inkubasi ‘Naratik’ yang dihasilkan Bangkit 2021, juga bercerita,“Naratik hadir sebagai end-to-end batik platform, solusi bagi para home industry batik yang masih berjalan secara tradisional dan kesulitan dalam memasarkan produk padahal memiliki nilai jual yang tinggi.”
“Kami mengembangkan tiga produk utama. Yang pertama adalah Naralens yang memanfaatkan machine learning untuk membantu konsumen batik dalam membedakan teknik pembuatan dan motif batik,” tuturnya.
Kemudian, lanjut Farrel, ada Narashop yang menghubungkan konsumen dengan home industry batik di berbagai daerah sehingga konsumen bisa memesan customized batik yang tentunya eksklusif dan terjamin keasliannya.
“Terakhir adalah Narauction yang menjadi penyedia layanan lelang batik kuno,” pungkasnya. wid