Dyah Wijayanti dan My Guillain Barre Syndrome (4)

Dyah Wijayanti

CATATAN REDAKSI :
Pemegang gelar dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini  mendadak dijangkiti sakit. Dan penyakitnya justru jenis yang sempat bikin dia terkesan saat mengenalnya di masa kuliah.
Apa itu Guillain Barre Syndrome (GBS)? Dyah Wijayanti memaparkannya secara berseri melalui akun Facebook pribadinya. Atas seijinnya, kisah terkait otoimun ini disajikan buat pembaca iniSurabaya.com secara berseri mulai edisi Rabu (2/3/2022).
Semua tulisan diunggah persis seperti tulisan di Facebook. Semoga bermanfaat.

Dear Diary,
Hasil tes ototku jadi.
My Diary, dengerin ya apa yang disampaikan dokter…
Kata dokter: “ini kasus pertama yang saya temukan dimana hasil EMG jelek tapi klinisnya bagus”

Bacaan Lainnya

“Itu maksudnya gimana te (tante)?” tanya kakakku yang cantik.

ENMG atau biasa disingkat EMG adalah pemeriksaan untuk mengukur kecepatan hantar saraf perifer (saraf tepi), dimana neuron motorik mengirimkan sinyal listrik ke otot yang menyebabkan otot berkontraksi atau bereaksi dengan cara tertentu. Pada tes EMG, sinyal listrik dan respon otot terhadap rangsangan saraf inilah yang kemudian diukur untuk membantu menemukan masalah pada saraf dan otot…kusalin aja apa kata temanku yang dokter saraf, hehe..

GBS adalah salah satu penyakit gangguan saraf perifer, jadi kelainannya bisa dideteksi dengan EMG.

Nah, pada hasil EMG-ku ini tampak bahwa aktivitas listriknya lemot, bahkan ada yang sama sekali tidak ada listriknya. Artinya saraf tepiku rusak. Dengan hasil seperti ini harusnya aku tidak bisa menggerakkan kedua kakiku alias lumpuh. Namun pada kenyataannya aku masih bisa menggerakkan kedua kakiku, bahkan bisa dipakai berjalan meski tertatih-tatih.. aneh kan.

Ini juga berarti kondisiku termasuk kategori ringan dibanding pasien GBS lainnya, dan dengan prognosis (perkiraan kesembuhan) yang bagus.

Sungguh hanya kuasa Allah semata yang menjadikan seperti ini.
Tak mampu otakku berpikir apa yang terjadi sebenarnya..
Tak mampu lidah ini mengucapkan kata selain menyebut namaNya dalam balutan syukur tak terkira.. Ternyata aku cuma “dijewer sayang” aja sama Allah.
Betapa Allah memberiku waktu untuk bertobat.
Betapa Allah memberiku kesempatan untuk menyadari bahwa aku adalah hamba Allah, budak Allah, hidupku, matiku hanya milik Allah semata.

Dan benarlah…
Keesokan harinya aku merasakan progresivitas penyakitku berhenti.
AllahuAkbar. Alhamdulillah ya Wahab.
Sungguh keajaiban yang teramat manis.

Dan…
Ini juga berarti aku tidak perlu suntikan imunoglobulin.
AllahuAkbar. Alhamdulillah ya Wahab.

Sejujurnya aku takut kalau ada injeksi lagi, karena pembuluh darahku tipis lembut dan dengan obat-obat yang sudah masuk selama ini hampir setiap hari ganti infus karena pembuluh darahku jebol. Ada alasan lain juga sih, tapi jangan keras-keras ya…[ m-e-h-o-n-g ]

Kalau aku ditanya amalan apa yang sudah kulakukan, sungguh aku ga tahu.
Mungkinkah karena shalatku ga bolong2 lagi? Tapi ini baru sebentar, atau..
Mungkinkah karena aku hapalin surah2 Al Quran? Tapi ini malah baru mulai ketika sakit, aah jadi malu 🤭, atau..
Mungkin Allah melihat usahaku bertahun-tahun merawat tubuhku dengan menjaga makanan dan asupan aneka suplemen sehingga imun tubuhku kuat dan organku baik (hasil lab lainnya baik semua), atau..

Mungkin juga berkat kerabat, sahabat dan handai taulan yang dengan tulus mendoakanku..
Wallahu a’lam.
Dan setelah 2 minggu fase akut terlewat (9 hari rawat inap), aku boleh pulang.
Alhamdulilllah. to be continued…*

Pos terkait