CATATAN REDAKSI :
Pemegang gelar dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini mendadak dijangkiti sakit. Dan penyakitnya justru jenis yang sempat bikin dia terkesan saat mengenalnya di masa kuliah.
Apa itu Guillain Barre Syndrome (GBS)? Dyah Wijayanti memaparkannya secara berseri melalui akun Facebook pribadinya. Atas seijinnya, kisah terkait otoimun ini disajikan buat pembaca iniSurabaya.com secara berseri mulai edisi Rabu (2/3/2022).
Semua tulisan diunggah persis seperti tulisan di Facebook. Semoga bermanfaat.
Dear Diary,
Pada GBS, selama di RS yang adalah fase akut, otot yang lemah harus dilatih namun tidak boleh sampai fatique (kelelahan). Oleh karena itu hampir semua aktivitas dilakukan di tempat tidur. Sesekali bangun dengan susah payah untuk duduk atau berdiri sejenak.
Tidur atau berbaring itu sesuatu yang menyenangkan dan nikmat ketika mampu melakukan segala aktivitas. Namun sebaliknya ketika aktivitas terbatas hanya mampu tidur/berbaring, maka yang terasa adalah punggung panas, gatal, capek dan badan terasa kaku. Bisa duduk dan berdiri itu menjadi kenikmatan yang luarbiasa. Subhanallah, betapa Allah itu maha membolak-balik keadaan.
Wahai jiwaku, mulai hari ini ingatlah untuk senantiasa bersyukur di setiap kondisi ya…
Bersyukur, bersyukur dan bersyukur di setiap kondisi itulah yang kini kulatih.
Sebelum sakit aku adalah kelinci energizer, tuing-tuing-tuing kemana-mana dan ngapain-ngapain aja. Gegara pandemi aku jadi walrus energizer..ihiiikk.. gendut mak…
Tapi tetap aja adaaa aza yang kulakukan, seperti nyimak/bikin webinar, menulis, bikin materi pelatihan, bikin konten, menyulam, pekerjaan rumah tangga, sesekali masak dan banyak lainnya deh..aktif berkegiatan namun bukan aktivis.
Ketika sakit, di RS, hanya bisa pegang selembar kertas.. pegang hp ga bisa karena berasa kaya tersengat aliran listrik akibat ganguan sensoris di telapak tangan..hh..
Dan lembaran fotocopy-an Al Quran adalah pilihan simpel karena tidak perlu mikir, menelaah, menimbang isinya -begitulah pertimbanganku yang sebelumnya tak akrab dengan Al Quran- cukup baca dan hapalin maka manfaatnya akan terasa.
Dan apakah manfaatnya betul-betul terasa?
Jawabannya: iyesss
Ketika menghapal aku jadi lupa dengan sakit di telapak tangan dan kaki ketika bersentuhan dengan benda lainnya, termasuk ketika antar jari saling bersentuhan.
Aku juga tidak merasa bosan dengan kondisiku yang tak bisa melakukan apapun, justru sebaliknya aku merasa tertantang untuk menghapal dan menghapal, bukan hanya bacaannya namun juga terjemahannya.
Kesendirian (karena aturan RS tak boleh dijenguk) tidak berubah menjadi kesepian dengan adanya suami yang telaten mengurus keseharianku dan kehadiran sahabat, kerabat, handai taulan dengan doa tulus dan perhatiannya lewat telepon, wa dan fb.
Aku juga tidak lagi melihat kondisiku sebagai sesuatu yang menyedihkan.
Mengambil butiran pil justru menjadi momen yang membuatku tertawa, dan menjadi tantangan tersendiri karena bolak-balik mrusut koyo nyekel iwak lunyu…wkwkwk
Dan..
Aku juga tidak peduli dengan cara jalanku yang seperti bebek – goyang kiri, goyang kanan, putar ke kiri putar ke kanaaann…halah..itu mah lagu Marimar! Malah ngakak (ketawa yang bukan syar’i) ketika menyadari jalanku seperti cucuku yang berumur 13 bulan.
Sebaliknya aku lebih mensyukuri bahwa aku bisa jalan lagi tanpa bantuan alat setelah 4 hari di rumah..!! Iya betul empat hari, bukan 40 hari… Alhamdulillah. MasyaAllah..cepat banget kan pemulihannya.
Mohon izin, HUHAAAA…HOOOO…YESS !!
Ketika jari-jari ini menari di atas keyboard laptop mengabadikan kenangan yang ingin kuingat selamanya, semakin bertambah syukur ini. Karena sakit yang kualami ini alih-alih musibah namun sebuah muhasabah, perjalanan spiritual penuh makna.
Benarlah kata bijak yang dikirimkan seorang sahabat: “Tidak semua yang dibakar api akan hangus menjadi abu. Batu bata sengaja dibakar supaya jadi semakin keras.
Begitu juga dengan kehidupan kita, tidak semua yang menimpa kita akan menghancurkan, kadang sebenarnya kita sedang diuji agar jadi lebih kuat.”
Allah, aku datang berjalan dengan takut-takut menghadapMu, namun Engkau (seolah) berlari mendekapku. *