iniSURABAYA.com – Tren gaya hidup warga Kota Surabaya ternyata tak cuma soal merias wajah sehingga tampil lebih menarik. Belakangan soal ‘mereparasi’ organ intim pun makin jadi perhatian bagi kaum wanita.
Keinginan untuk rekonstruksi organ vital ini juga tak hanya dilakukan mereka yang sudah menikah. Belakangan muncul pula keluhan dari mereka yang masih remaja.
“Saya barusan menangani anak gadis 18 tahun,” ungkap dr Hendera Henderi SpOG Dermatology, Aesthetic, Plastic Surgery (DAPS) NMW Group-National Hospital Surabaya, Rabu (11/1/2023).
Ketika periksa ke psikiater, kata dokter Hendera, gadis tersebut minder karena organ kelaminnya ada yang asimetris. “Yang satu bagus, normal, yang lainnya berlebih. Jadi perlu dilakukan rekonstruksi,” paparnya.
Setelah menjalani operasi, lanjut Hendera, pasien sangat senang. “Operasi itu bisa menaikkan kepercayaan diri pasien,” imbuh dokter spesialis Obgyn Aesthetic Ginekologi National Hospital Surabaya ini.
Menurut Hender, permasalahan seperti yang dialami pasien gadis tersebut bisa karena faktor genetik, trauma, atau akibat jatuh.
Diakui Hendera, permasalahan pada Miss V ini bisa terjadi pada semua usia. “Selain pasien gadis usia belasan tahun tadi, juga ada pasien yang usianya 60 tahun,” urainya.
Bagi pasien yang usia lanjut, tutur Hendera, akan dilakukan tindakan rejuvenation. “Organ vitalnya dilaser agar vagina Kembali bisa lubrikasi, sehingga tidak nyeri saat hubungan seks,” bebernya.
Tindakan operasi pada organ intim tersebut memerlukan waktu 1-2 jam dan pasien bisa langsung pulang. “Seperti proses setelah melahirkan, perlu jeda waktu untuk bisa Kembali melakukan hubungan intim,” tandasnya.
Diakui Hendera, reparasi organ vital ini belakangan sudah jadi tren di masyarakat Indonesia. “Waktu saya belajar di Amerika, tren ini sudah terjadi 20-30 tahun lalu. Di Indonesia baru muncul tujuh tahun belakangan,” katanya.
Hendera menyatakan pula bahwa jumlah wanita yang ingin melalukan rekonstruksi Miss V ini terus meningkat. “Karena pasien makin aware. ‘Aku juga mau enjoy, mau menikmati juga’,” cetus Hendera mengutip pernyataan pasien-pasiennya. ap