Jangan Gunakan Obat Tetes Mata Sembarangan! Dokter Lydia Nuradianti : Bisa Akibatnya Glaukoma dan Kebutaan

0
41

Dokter Lydia Nuradianti SpM, saat memapar penyebab dan terapi bagi penderita galukoma dalam ranagkaian acara World Glaucoma Week 2023di RS Mata Undaan Surabaya.

iniSURABAYA.com – Awas, jangan anggap sepele glaukoma, jika tak ingin kehilangan indera penglihatan kita. Penyakit yang sering disebut sebagai ‘pencuri penglihatan’ dan bisa sebabkan kebutaan ini bisa terjadi pada semua usia, mulai remaja, dewasa, bahkan juga bayi.

“Bahayanya adalah karena pasien tidak sadar bahwa dia terkena glaukoma,” ungkap dokter Lydia Nuradianti SpM kepada iniSurabaya.com, Minggu (12/3/2023).

Yang juga patut diwaspadai, kata dokter Lydia, 80 persen penderita glaukoma ini sama sekali tanpa gejala. “Hanya 20 persen yang merasakan rasa sakit, seperti cekot-cekot,” paparnya saat ditemui di tengah acara World Glaucoma Week 2023 di RS Mata Undaan Surabaya.

Menurut dokter Lydia, glaukoma diketahui karena faktor genetik atau keturunan. Glaukoma juga bisa akibat penggunaan obat tetes mata steroid yang terus menerus. “Jangan beli obat tetes mata sembarangan,” tandasnya.

Alumnus SMA Negeri 5 Surabaya ini lalu mengingatkan agar masyarakat tidak membeli tetes mata yang ada lambang K dalam bulatan merah. “Karena itu jenis obat tetes mata yang penggunaannya harus pakai resep dokter. Penggunaannya harus diamati dokter, ada efek tekanan bola mata naik atau tidak,” urainya.

Diakui dokter Lydia, bila seseorang memakai obat tetes mata yang mengandung steroid akan merasa enak dan nyaman. “Dia lalu beli lagi, dan beli lagi. Tetapi tidak sadar penggunaan obat tetes mata itu akan akibatkan tekanan bola matanya jadi naik dan berefek kebutaan,” tegasnya.

Yang juga perlu diwaspadai, masih kata dokter Lydia, bila seseorang punya riwayat hipertensi lama atau terkena diabetes. Dua hal tersebut bisa sebabkan komplikasi ke mata. “Glaukoma juga bisa karena trauma akibat terkena pukulan atau kecelakaan,” imbuhnya.

Glaukoma, kata dokter Lydia, perlu mendapat perhatian serius karena penyebab kebutaan nomor dua setelah katarak. “Di Indonesia kasus glaukoma ini sekitar 0,45 persen. Artinya, dari 1000 orang ada 4-5 orang terindikasi kena glaukoma. Tambah lama trennya makin naik,” tutur wanita yang doyan gowes ini.

Dia lalu merujuk pasien yang datang ke RS Mata Undaan. “Setiap hari ada 10-20 orang pasien baru. Dan yang operasi glaukoma pun bervariasi sekitar enam orang setiap hari. Sekarang orang memang makin sadar, dan segera memeriksakan diri,” cetusnya. ap

Comments are closed.